..

love

Kamis, 30 Mei 2013

Apresiasi Cerpen Tangan-Tangan Buntung

ANALISIS DATA CERPEN 
Ø  Judul cerpen: tangan-tangan buntung
Ø  Karya: budi darma
Ø  Jumlah paragraf: 35
Ø  Jumlah baris:154
Ø  Jumlah tokoh:5
Ø  Tokoh dan penokohan:
v  Nirdawat: bijaksana, sederhana dan tidak egois
Terbukti dalam kutipan berikut:
“Setelah menyampaikan pidato pelantikannya sebagai Presiden, dalam hati Nirdawat berkata kepada dirinya sendiri, bahwa dia akan bekerja dengan sebaik-baiknya, dan sebelum masa jabatannya berjalan satu tahun, dia tidak akan pergi ke luar negeri dengan alasan apa pun. Banyak persoalan dalam negeri harus dia hadapi, dan semuanya itu akan diselesaikannya dengan sebaik-baiknya. Namun karena Nirdawat dikenal sebagai pribadi sederhana dan pekerja keras serta tidak mementingkan diri sendiri, maka begitu banyak pemimpin negara berkunjung ke Republik Demokratik Nirdawat, tentu saja khusus untuk menemui Presiden Nirdawat” (kalimat tersebut menunjukkan jika Nirdawat adalah seseorang yang bijaksana sebab ia tidak ingin meninggalkan Negaranya yang bisa dikatakan belum stabil hanya untuk keliling ke Negara-Negara tetangga yang kebanyakan hanya kluyuran dan bersenang-senang tanpa memikirkan kondisi Negara dan rakyatnya)
v  Istri nirdawat:romantis, kasih sayang, sabar, suka memberi nasihat
“Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung Nirdawat (kalimat tersebut jelas menunjukkan betapa kasih sayangnya seorang istri kepada suaminya, hal-hal yang dilakukan oleh istri Nirdawat juga dirasa memberi kesan romantis)
Nirdawat, cobalah kita kenang kembali masa-masa pacaran kita dulu. Kita berjalan-jalan di kampus, duduk-duduk di rumput, kemudian berjalan lagi ke bawah pohon jejawi, dan berbincang mengenai keinginan-keinginan kita. Bagi kita itulah keinginan biasa, tapi bagi teman-teman, keinginan itu merupakan cita-cita mulia.””(dari kalimat tersebut dapat dilihat jika istri Nirdawat suka memberi nasehat tentang berbagai hal, ia juga tak terburu-buru dalam menyampaikan sesuatu sebab ia menyampaikannya dalam kondisi yang santai dan nyaman, cara penyampaian dengan mengenang masa lalu juga tergolong penyampaian yang halus sebab secara tidak sadar Nirdawat akan dibawa ke masa-masa yang dituju tanpa membuat Nirdawat tersinggung)
v  Dobol: patuh pada undang-undang Negara, egois, serakah
Maka, negara yang dulu diatur oleh kebiasaan tanpa undang-undang, semenjak Dobol menjadi presiden, kebiasaan pun diganti dengan undang-undang dasar. Karena Dobol beranggapan bahwa undang-undang dasar tidak boleh seluruhnya bertentangan dengan kebiasaan lama, maka dalam undang-undang yang kata Dobol bersifat sementara itu pun dengan tegas mencantumkan kata-kata, bahwa nama negara disesuaikan dengan nama presiden. Bendera negara pun, mau tidak mau, harus menampilkan wajah presiden. (hal tersebut menunjukkan jika Dobol memiliki sifat egois dalam memutuskan suatu perkara/ketetapan)
Karena dalam kebiasaan lama masa jabatan raja tidak ada batasnya, maka, supaya undang-undang dasar tidak sepenuhnya bertentangan dengan kebiasaan lama, dalam undang-undang dasar negara republik demokratik ini, pasal mengenai masa jabatan presiden pun tidak perlu dicantumkan (Dobol yang saat itu menjadi seorang President dengan sengaja tidak mencantumkan lamanya masa jabatan, dapat dikatakan jika hal tersebut memanglah taktik Dobol untuk menguasai jabatan yang tergolong “WAH” atau bisa dikatakan licik)
Demikianlah, Dobol menjadi Presiden Republik Demokratik Dobol, dan karena masa jabatan presiden tidak ada pasalnya dalam undang-undang dasar, maka Dobol pun menjadi presiden sampai lama sekali, sampai akhirnya Sang Takdir menanam sebuah biji bernama tumor ganas dalam otak Dobol. (hal tersebut menunjukkan jika Dobol serakah terhadap kedudukan yang tengah dimilikinya)
v  Abdul jedul: setia pada Negara, tidak bijaksana
Meskipun akhirnya lumpuh total, semangat Dobol untuk patuh kepada undang-undang dasar masih menyala-nyala dengan semangat penuh. Dalam undang-undang dasar dinyatakan dengan tegas, siapa pun berhak menjadi presiden, asalkan memenuhi syarat. Dan seseorang yang memenuhi syarat, tidak lain adalah Abdul Jedul bukan sebagai anak Dobol, tetapi sebagai warga negara biasa yang kebetulan adalah anak presiden negara republik demokratik ini. ( hal tersebut sangat aneh, dalam undang-undang siapapun berhak menjadi Presiden, namun yang menjadi president justru anak dari Dobol yang juga akan menganut watak ayahnya, dalam hal ini bisa saja terjadi kecurangan dalam pemilihan seorang Presiden)
Demikianlah, maka Abdul Jedul menjadi Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul, sampai akhirnya Sang Takdir mengulangi tugasnya sebagai penguasa hukum alam: sebuah bibit tumor ganas disisipkan ke dalam otak Abdul Jebul, dan tamatlah riwayat Abdul Jebul.
Karena, sebagaimana halnya Dobol, Abdul Jedul juga sangat setia dengan undang-undang dasar negara yang kata Dobol dulu bersifat sementara. (Abdul jedul tidak dapat dikatakan sebagai seorang Presiden yang bijaksana, sebab ia tidak mampu membenarkan Undang-Undang yang dulunya dibuat oleh ayahnya yang katanya bersifat sementara, semestinya sebagai Presiden ia mempunyai hak untuk mengubah Undang-Undang yang lama menjadi yanglebih baik)
v  Jiglong: malas, manja suka berfoya-foya
maka jatuhlah kekuasaan presiden republik demokratik ini ke tangan Jiglong, seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi presiden bukan karena dia anak Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul, tapi karena sebagai warga negara biasa dia benar-benar memenuhi syarat untuk menjadi presiden. (dalam kalimat tersebut disebutkan jika Jiglong adalah seseorang dari rakyat biasa yang memenuhi syarat menjadi President)
Kebetulan Jiglong anak manja, malas, suka foya-foya, dan tentu saja suka main perempuan, dan karena merasa kekuasaan dan hartanya tidak mengenal batas, maka berjudi pun dia lakukan dengan penuh semangat.(namun dalam kalimat tersebut dikatakan jika sifat-sifat Jiglong sangat buruk, seperti manja, malas, suka foya-foya dan suka main perempuan, hal ini benar-benar sudah melanggar etika sebagai semestianya sifat yang wajib dimiliki pemimpin, namun di paragraf sebelumnya ia adalah orang yang benar-benar memiliki syarat menjadi seorang President, hal tersebut mungkin saja benar sebab pada umumnya orang-orang warga biasa seperti Jiglong justru memiliki sifat yang lebih buruk, oleh karenanya ia di anggap paling baik diantara orang-orang lain disekitarnya)
Setelah Jiglong merusak negaranya sendiri selama beberapa tahun, maka Sang Takdir pun mulai melakukan gerilya: kali ini tidak dengan jalan menanamkan bibit tumor ke dalam otak, tapi membuat otak Jiglong sedikit demi sedikit miring. Maka Jiglong pun tidak bisa lagi membedakan siang dan malam, dekat dan jauh, langit dan bumi, dan yang lebih payah lagi, Jiglong tidak bisa membedakan apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan. Maka, diam-diam Jiglong suka keluyuran sendiri di kampung, berusaha memperkosa perempuan, tapi ternyata laki-laki. Para pengawal pribadi dia pun sudah agak acuh tak acuh. (hal tersebut menunjukkan jika Jiglong telah menjadi seseorang yang kurang waras atau mengalami gangguan kejiwaan)
Ø  Latar:
v  Latar waktu: pagi, malam
Terdapat pada kutipan:
“pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan
“Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung Nirdawat.”

v  Latar tempat: gedung MPR, kamar Tidur Nirdawat, Republik Nusantara, beberapa Negara di Amerika Latin
Terdapat dalam kutipan:
“Akhirnya beberapa di antara mereka masuk ke dalam rumah Nirdawat, lalu dengan sikap hormat mereka memanggil Nirdawat beramai-ramai menuju ke Gedung M.P.R. Sementara itu, teriakan-teriakan ”Hidup Presiden Nirdawat,” terus-menerus berkumandang dengan nada penuh semangat, namun sangat syahdu”
“Demikianlah, semua anggota M.P.R. menyambut kedatangan Nirdawat, dan segera menggelandang Nirdawat dengan halus dan penuh hormat untuk tampil di mimbar
Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung Nirdawat.”
“Keesokan harinya keluar Dekrit Presiden, terdiri atas tiga butir, yaitu mulai hari itu nama negara diganti dengan nama baru yang tidak boleh diubah-ubah lagi, yaitu Republik Demokratik Nusantara. Itu butir pertama. Butir kedua, bendera Republik Demokrasi Nusantara harus diciptakan dalam waktu sesingkat-singkatnya, tanpa mencantumkan wajah siapa pun juga. Dan butir ketiga, masa jabatan presiden dibatasi paling banyak dua periode, masing-masing periode lima tahun”
“Dalam sebuah perjalanan pulang dari kunjungan ke beberapa negara di Amerika Latin, dalam pesawat Presiden Republik Demokratik Nusantara memberi penjelasan kepada wartawan”
v  Latar suasana: cerah, sejuk, ramai, romantis, kacau
Terdapat dalam kutipan:
“pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan”
Akhirnya beberapa di antara mereka masuk ke dalam rumah Nirdawat, lalu dengan sikap hormat mereka memanggil Nirdawat beramai-ramai menuju ke Gedung M.P.R. Sementara itu, teriakan-teriakan ”Hidup Presiden Nirdawat,” terus-menerus berkumandang dengan nada penuh semangat, namun sangat syahdu”
“Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung Nirdawat
“Akhirnya, penggulingan kekuasaan pun terjadi, tanpa tahu siapa pemimpinnya, dan tanpa pertumpahan darah sama sekali. Tanpa diketahui siapa yang memberi komando, tahu-tahu Jiglong sudah diringkus dan dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Juga tanpa diketahui siapa yang memberi komando, sekonyong-konyong serombongan anak muda merebut stasiun televisi dan radio, lalu secara spontan mengumumkan bahwa sejak saat itu nama negara diganti dengan Republik Demokratik Nirdawat, dengan bendera berwajahkan Nirdawat”


Ø  Alur: campuran
Beberapa hari lalu è sekarang è ke masa lalu èberanjak ke depan/ke masa sekarangèberjalan ke depan

Jika di simbolkan maka: D è E è A è B è C èD èE è F
Terdapat dalam kutipan:
“Selama beberapa hari terakhir, sementara itu, semua gerakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri mendesak, agar Nirdawat segera disyahkan sebagai presiden baru. Karena Nirdawat tidak bersedia, maka akhirnya, pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan, ribuan rakyat mengelilingi rumah Nirdawat, dan berteriak-teriak dengan nada memohon, agar untuk kepentingan bangsa dan negara, Nirdawat bersedia menjadi presiden” (kejadian tersebut terjadi di masa D)
“Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung Nirdawat” (kejadian tersebut terjadi di masa E)
Menurut cerita, seorang jendral kerajaan bernama Dobol berhasil menggulingkan kekuasaan raja terakhir, dan bentuk negara pun berubah menjadi Republik Demokratik. Republik karena negara tidak lagi dipimpin oleh raja tapi oleh presiden, dan demokratik karena siapa pun berhak menjadi presiden asalkan memenuhi syarat.
Maka, negara yang dulu diatur oleh kebiasaan tanpa undang-undang, semenjak Dobol menjadi presiden, kebiasaan pun diganti dengan undang-undang dasar. Karena Dobol beranggapan bahwa undang-undang dasar tidak boleh seluruhnya bertentangan dengan kebiasaan lama, maka dalam undang-undang yang kata Dobol bersifat sementara itu pun dengan tegas mencantumkan kata-kata, bahwa nama negara disesuaikan dengan nama presiden. Bendera negara pun, mau tidak mau, harus menampilkan wajah presiden.
Karena dalam kebiasaan lama masa jabatan raja tidak ada batasnya, maka, supaya undang-undang dasar tidak sepenuhnya bertentangan dengan kebiasaan lama, dalam undang-undang dasar negara republik demokratik ini, pasal mengenai masa jabatan presiden pun tidak perlu dicantumkan.
Demikianlah, Dobol menjadi Presiden Republik Demokratik Dobol, dan karena masa jabatan presiden tidak ada pasalnya dalam undang-undang dasar, maka Dobol pun menjadi presiden sampai lama sekali, sampai akhirnya Sang Takdir menanam sebuah biji bernama tumor ganas dalam otak Dobol.
Meskipun akhirnya lumpuh total, semangat Dobol untuk patuh kepada undang-undang dasar masih menyala-nyala dengan semangat penuh. Dalam undang-undang dasar dinyatakan dengan tegas, siapa pun berhak menjadi presiden, asalkan memenuhi syarat. Dan seseorang yang memenuhi syarat, tidak lain adalah Abdul Jedul bukan sebagai anak Dobol, tetapi sebagai warga negara biasa yang kebetulan adalah anak presiden negara republik demokratik ini. (hal tersebut terjadi di masa A)
Demikianlah, maka Abdul Jedul menjadi Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul, sampai akhirnya Sang Takdir mengulangi tugasnya sebagai penguasa hukum alam: sebuah bibit tumor ganas disisipkan ke dalam otak Abdul Jebul, dan tamatlah riwayat Abdul Jebul.
Karena, sebagaimana halnya Dobol, Abdul Jedul juga sangat setia dengan undang-undang dasar negara yang kata Dobol dulu bersifat sementara, maka jatuhlah kekuasaan presiden republik demokratik ini ke tangan Jiglong, seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi presiden bukan karena dia anak Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul, tapi karena sebagai warga negara biasa dia benar-benar memenuhi syarat untuk menjadi presiden. (hal tersebut terjadi di masa B)
Kebetulan Jiglong anak manja, malas, suka foya-foya, dan tentu saja suka main perempuan, dan karena merasa kekuasaan dan hartanya tidak mengenal batas, maka berjudi pun dia lakukan dengan penuh semangat.
Setelah Jiglong merusak negaranya sendiri selama beberapa tahun, maka Sang Takdir pun mulai melakukan gerilya: kali ini tidak dengan jalan menanamkan bibit tumor ke dalam otak, tapi membuat otak Jiglong sedikit demi sedikit miring. Maka Jiglong pun tidak bisa lagi membedakan siang dan malam, dekat dan jauh, langit dan bumi, dan yang lebih payah lagi, Jiglong tidak bisa membedakan apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan. Maka, diam-diam Jiglong suka keluyuran sendiri di kampung, berusaha memperkosa perempuan, tapi ternyata laki-laki. Para pengawal pribadi dia pun sudah agak acuh tak acuh. (hal tersebut terjadi di masa C)
Akhirnya, penggulingan kekuasaan pun terjadi, tanpa tahu siapa pemimpinnya, dan tanpa pertumpahan darah sama sekali. Tanpa diketahui siapa yang memberi komando, tahu-tahu Jiglong sudah diringkus dan dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Juga tanpa diketahui siapa yang memberi komando, sekonyong-konyong serombongan anak muda merebut stasiun televisi dan radio, lalu secara spontan mengumumkan bahwa sejak saat itu nama negara diganti dengan Republik Demokratik Nirdawat, dengan bendera berwajahkan Nirdawat (hal tersebut terjadi di masa D)
”Kau harus melakukan sesuatu, Nirdawat, sekarang juga. Aku selalu mendampingimu,” kata isterinya dengan lembut, lalu menciumi Nirdawat lagi dengan lembut pula.(hal tersebut terjadi di masa E)
Keesokan harinya keluar Dekrit Presiden, terdiri atas tiga butir, yaitu mulai hari itu nama negara diganti dengan nama baru yang tidak boleh diubah-ubah lagi, yaitu Republik Demokratik Nusantara. Itu butir pertama. Butir kedua, bendera Republik Demokrasi
Terceritalah, di bawah pimpinan Presiden Nirdawat, Republik Demokratik Nusantara makin melebarkan sayapnya: sekian banyak duta besar ditebarkan di sekian banyak negara yang dulu sama sekali belum mempunyai hubungan. Presiden Nirdawat, dengan sendirinya, harus hadir tanpa boleh diwakilkan.
Namun sayang, masih ada satu negara lagi yang belum terjamah oleh Republik Demokratik Nusantara, padahal negara ini terkenal makmur dan pemimpin-pemimpinnya hebat-hebat, setidaknya berdasarkan catatan-catatan resmi. Para pemimpin sekian banyak negara berkali-kali memuji keramahan penduduk negara itu, keindahan alam negara itu, dan kemakmuran negara itu. Maka, setelah waktunya tiba, datanglah Presiden Nirdawat ke negara itu. Laporan tlisik sandi ternyata benar: di negara yang sangat makmur ini, banyak pemimpin bertangan buntung. Hukum memang tegas: barang siapa mencuri uang rakyat, harus dihukum potong tangan.
Dan Presiden Nirdawat dari Republik Demokratik Nusantara pun sempat terkagum-kagum: ternyata, para pemimpin buntung justru bangga. Kendati mereka kena hukuman potong tangan, mereka tetap bisa menjadi pemimpin, dan tetap dihormati. (hal tersebut terjadi di masa F)

Ø  Tema: cerpen ini banyak mengandung unsur-unsur politik, namun yang paling menonjol adalah suatu hukum yang berada di suatu Negara yang telah lama memiliki pemimpin dan beberapa kali pemimpin Negara tidaka memastikan hukum yang jelas dalam suatu pemerintahan yang ada di Negara tersebut
Ø  Amanat: dalam cerpen “tangan-tangan buntung” Budi Darma memberikan berbagai macan hal pesan lewat cerpen yang menyindir suatu pemerintahan dengan pemimpin-pemimpin yang tidak mampu memimpin Negaranya dengan baik, diantaranya:
a)     Menjadi seorang pemimpin berarti menjadi panutan seluruh warga Negara
b)     Seorang pemimpin tidak boleh bersikap yang tidak mencerminkan seorang pemimpin
c)      Suatu Negara harus memiliki Undang-Undang yang jelas untuk dijadikan pedoman Negara itu sendiri
d)     Dalam suatu Negara hukum harus benar-benar ditegakkan
e)     Orang-orang yang korupsi harus diberi hukuman yang setimpal sesuai dengan Undang-Undang Negara tersebut
f)       Orang-orang yang bersalah dan telah menerima hukumannya tidak seharusnya dikucilkan, sebab mereka juga dapat membantu Negara sesuai dengan kemampuannya
g)     Setiap orang yang bersalah dan telah mengakui kesalahannya serta telah mendapatkan hukuman, maka kita harus memaafkannya dan mencari kelebihannya agar mereka dapat dimanfaatkan untuk kebaikan.

Ø  Apresiasi Cerpen
KETEGASAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK

Dalam sebuah Negara Hukum bukanlah hal yang asing, sebab melalui sebuah hukum segala hal yang terjadi di dalam Negara tersebut dapat dikendalikan, namun hal terpenting yakni bagaimana sebuah Negara tersebut menyikapi atau mentaati sebuah Hukum yang telah di bentuk sesuai dengan dasar-dasar Negara, dalam cerpen “tangan-tangan buntung” ini menceritakan tentang sebuah Negara yang awalnya belum mempunyai sebuah Dasar Negara untuk dijadikan sebuah patokan seperti dalam kutipan (1) sementara itu meskipun namanya sudah menjadi Republik, namun apabila Republik tersebut tak memiliki aturan-aturan yang dibutuhkan untuk memperbaiki sebuah Pemerintahan didalamnya, seperti masa jabatan Presiden yang tak di cantumkan maka hal tersebut membuat pemimpin enggan untuk turun dari jabatannya, sehingga masa jabatan itu tergantung dengan Presidennya sendiri, seperti dalam kutipan (2) tidak adanya sebuah aturan dalam sebuah Negara juga menjadikan seorang pemimpin lupa degan tugasnya menjadi pemimpin rakyat, karena kekuasaan yang tinggi maka kesempatan untuk hidup berfoya-foya pun tidak terkendalikan lagi, seperti dalam kutipan (3, 4) oleh karenanya dalam cerpen ini seorang tokoh Nirdawat dihadirkan untuk meluruskan segala kerancuan yang terjadi dalam Negara yang tidak jelas Undang-Undangnya atau apa yang dijadikan sebagai dasar Negara, maka perombakan Undang-Undangpun dilakukan demi mendapatkan sebuah Negara yang jelas sesuai dengan Dasar Negara dan Hukum yang berlaku, seperti dalam kutipan (5, 6) dalam hal ini sebuah Undang-Undang dalam Negara sangat penting, sebab hal tersebut dapat menjadi sebuah ciri khas sebuah Negara, jika Negara tersebut mempunyai prinsip dalam menjalankan sebuah Negara yang taat dalam peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama, dan hal yang paling penting yakni bagaimana ketegasan Hukum disebuah Negara itu dilakukan seperti dalam kutipan (7) dalam kutipan tersebut seseorang yang mencuri uang rakyat benar-benar di tegaskan yakni dengan hukuman potong tangan dan hal tersebut benar-benar dilakukan, sehingga para pejabat yang terbukti bersalah benar-benar dipotong tanganya, meskipun demikian orang-orang yang mempunyai pengaruh besar di dalam Negara tetap di akui sebab dari kecerdasan orang-orang tersebut dapat membantu pergerakan Negara menuju hal yang lebih baik, dalam hal ini pintu maaf selalu dibuka bagi orang-orang yang bersalah dengan hukuman yang telah diterimanya, dan Negara dapat kembali memanfaatkan orang-orang cerdas yang tentunya dapat membantu sebuah Negara menuju kemakmuran.Ketegasan hukum seperti ini juga dapat menjadi sebuah nilai yang sangat penting bagi sebuah Negara, jika nilai-nilai kejujuran dan ketaatan pada Hukum harus benar-benar dilaksanakan. Hal ini tentunya juga akan membuat Negara-Negara sekitar terkagum-kagum terhadap sebuah Negara yang mentaati nilai sebuah Hukum atau ketegasan Hukum benar-benar dilaksanakan, seperti dalam kutipan (8).

Oleh: Uul Rohmatul Hasanah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar