
ANALISIS
DATA CERPEN
Ø Judul
cerpen: tangan-tangan buntung
Ø Karya: budi
darma
Ø Jumlah
paragraf: 35
Ø Jumlah
baris:154
Ø Jumlah
tokoh:5
Ø Tokoh dan
penokohan:
v Nirdawat:
bijaksana, sederhana dan tidak egois
Terbukti dalam kutipan berikut:
“Setelah menyampaikan pidato pelantikannya sebagai
Presiden, dalam hati Nirdawat berkata kepada dirinya sendiri, bahwa dia akan bekerja dengan
sebaik-baiknya, dan sebelum masa jabatannya berjalan satu tahun, dia tidak akan
pergi ke luar negeri dengan alasan apa pun. Banyak persoalan dalam negeri
harus dia hadapi, dan semuanya itu akan diselesaikannya dengan sebaik-baiknya. Namun karena Nirdawat dikenal sebagai
pribadi sederhana dan pekerja keras serta tidak mementingkan diri sendiri, maka
begitu banyak pemimpin negara berkunjung ke Republik Demokratik Nirdawat, tentu
saja khusus untuk menemui Presiden Nirdawat” (kalimat tersebut menunjukkan jika
Nirdawat adalah seseorang yang bijaksana sebab ia tidak ingin meninggalkan
Negaranya yang bisa dikatakan belum stabil hanya untuk keliling ke
Negara-Negara tetangga yang kebanyakan hanya kluyuran dan bersenang-senang
tanpa memikirkan kondisi Negara dan rakyatnya)
v Istri
nirdawat:romantis, kasih sayang, sabar, suka memberi nasihat
“Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah
Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk
oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut
isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat, lalu
melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di
tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung
Nirdawat (kalimat tersebut jelas menunjukkan betapa kasih sayangnya seorang
istri kepada suaminya, hal-hal yang dilakukan oleh istri Nirdawat juga dirasa
memberi kesan romantis)
”Nirdawat,
cobalah kita kenang kembali masa-masa pacaran kita dulu. Kita berjalan-jalan di
kampus, duduk-duduk di rumput, kemudian berjalan lagi ke bawah pohon jejawi,
dan berbincang mengenai keinginan-keinginan kita. Bagi kita itulah keinginan
biasa, tapi bagi teman-teman, keinginan itu merupakan cita-cita mulia.””(dari kalimat tersebut dapat dilihat jika
istri Nirdawat suka memberi nasehat tentang berbagai hal, ia juga tak
terburu-buru dalam menyampaikan sesuatu sebab ia menyampaikannya dalam kondisi
yang santai dan nyaman, cara penyampaian dengan mengenang masa lalu juga
tergolong penyampaian yang halus sebab secara tidak sadar Nirdawat akan dibawa
ke masa-masa yang dituju tanpa membuat Nirdawat tersinggung)
v Dobol: patuh
pada undang-undang Negara, egois, serakah
Maka, negara yang dulu diatur oleh kebiasaan tanpa
undang-undang, semenjak Dobol menjadi presiden, kebiasaan pun diganti dengan
undang-undang dasar. Karena Dobol beranggapan bahwa undang-undang dasar tidak
boleh seluruhnya bertentangan dengan kebiasaan lama, maka dalam undang-undang
yang kata Dobol bersifat sementara itu pun dengan tegas mencantumkan kata-kata,
bahwa nama negara disesuaikan dengan
nama presiden. Bendera negara pun, mau tidak mau, harus menampilkan wajah
presiden. (hal tersebut menunjukkan jika Dobol memiliki sifat egois dalam
memutuskan suatu perkara/ketetapan)
Karena dalam kebiasaan lama masa jabatan raja tidak
ada batasnya, maka, supaya undang-undang dasar tidak sepenuhnya bertentangan
dengan kebiasaan lama, dalam undang-undang dasar negara republik demokratik
ini, pasal mengenai masa jabatan
presiden pun tidak perlu dicantumkan (Dobol yang saat itu menjadi seorang
President dengan sengaja tidak mencantumkan lamanya masa jabatan, dapat
dikatakan jika hal tersebut memanglah taktik Dobol untuk menguasai jabatan yang
tergolong “WAH” atau bisa dikatakan licik)
Demikianlah, Dobol menjadi Presiden Republik
Demokratik Dobol, dan karena masa
jabatan presiden tidak ada pasalnya dalam undang-undang dasar, maka Dobol pun
menjadi presiden sampai lama sekali, sampai akhirnya Sang Takdir menanam
sebuah biji bernama tumor ganas dalam otak Dobol. (hal tersebut menunjukkan jika Dobol serakah terhadap kedudukan yang
tengah dimilikinya)
v Abdul jedul:
setia pada Negara, tidak bijaksana
Meskipun akhirnya lumpuh total, semangat Dobol untuk
patuh kepada undang-undang dasar masih menyala-nyala dengan semangat penuh.
Dalam undang-undang dasar dinyatakan dengan tegas, siapa pun berhak menjadi
presiden, asalkan memenuhi syarat. Dan
seseorang yang memenuhi syarat, tidak lain adalah Abdul Jedul bukan sebagai
anak Dobol, tetapi sebagai warga negara biasa yang kebetulan adalah anak
presiden negara republik demokratik ini. ( hal tersebut sangat aneh, dalam
undang-undang siapapun berhak menjadi Presiden, namun yang menjadi president
justru anak dari Dobol yang juga akan menganut watak ayahnya, dalam hal ini
bisa saja terjadi kecurangan dalam pemilihan seorang Presiden)
Demikianlah, maka Abdul Jedul menjadi Presiden
Republik Demokratik Abdul Jedul, sampai akhirnya Sang Takdir mengulangi
tugasnya sebagai penguasa hukum alam: sebuah bibit tumor ganas disisipkan ke
dalam otak Abdul Jebul, dan tamatlah riwayat Abdul Jebul.
Karena, sebagaimana halnya Dobol, Abdul Jedul juga sangat setia dengan undang-undang dasar negara yang
kata Dobol dulu bersifat sementara. (Abdul
jedul tidak dapat dikatakan sebagai seorang Presiden yang bijaksana, sebab ia
tidak mampu membenarkan Undang-Undang yang dulunya dibuat oleh ayahnya yang
katanya bersifat sementara, semestinya sebagai Presiden ia mempunyai hak untuk
mengubah Undang-Undang yang lama menjadi yanglebih baik)
v Jiglong:
malas, manja suka berfoya-foya
maka jatuhlah kekuasaan presiden republik demokratik
ini ke tangan Jiglong, seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi presiden
bukan karena dia anak Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul, tapi karena sebagai warga negara biasa dia
benar-benar memenuhi syarat untuk menjadi presiden. (dalam kalimat tersebut
disebutkan jika Jiglong adalah seseorang dari rakyat biasa yang memenuhi syarat
menjadi President)
Kebetulan
Jiglong anak manja, malas, suka foya-foya, dan tentu saja suka main perempuan,
dan karena merasa kekuasaan dan hartanya tidak mengenal batas, maka berjudi pun
dia lakukan dengan penuh semangat.(namun dalam kalimat tersebut dikatakan jika
sifat-sifat Jiglong sangat buruk, seperti manja, malas, suka foya-foya dan suka
main perempuan, hal ini benar-benar sudah melanggar etika sebagai semestianya
sifat yang wajib dimiliki pemimpin, namun di paragraf sebelumnya ia adalah
orang yang benar-benar memiliki syarat menjadi seorang President, hal tersebut
mungkin saja benar sebab pada umumnya orang-orang warga biasa seperti Jiglong
justru memiliki sifat yang lebih buruk, oleh karenanya ia di anggap paling baik
diantara orang-orang lain disekitarnya)
Setelah Jiglong merusak negaranya sendiri selama
beberapa tahun, maka Sang Takdir pun mulai melakukan gerilya: kali ini tidak
dengan jalan menanamkan bibit tumor ke dalam otak, tapi membuat otak Jiglong
sedikit demi sedikit miring. Maka
Jiglong pun tidak bisa lagi membedakan siang dan malam, dekat dan jauh, langit
dan bumi, dan yang lebih payah lagi, Jiglong tidak bisa membedakan apakah
seseorang itu laki-laki atau perempuan. Maka, diam-diam Jiglong suka keluyuran
sendiri di kampung, berusaha memperkosa perempuan, tapi ternyata laki-laki.
Para pengawal pribadi dia pun sudah agak acuh tak acuh. (hal tersebut menunjukkan jika Jiglong telah menjadi seseorang yang
kurang waras atau mengalami gangguan kejiwaan)
Ø Latar:
v Latar waktu:
pagi, malam
Terdapat pada kutipan:
“pada suatu
hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa
ditutupi oleh awan”
“Terceritalah, setelah
malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur,
dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan
lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat,
lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di
tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung
Nirdawat.”
v Latar
tempat: gedung MPR, kamar Tidur Nirdawat, Republik Nusantara, beberapa Negara
di Amerika Latin
Terdapat dalam kutipan:
“Akhirnya beberapa di antara mereka masuk ke dalam
rumah Nirdawat, lalu dengan sikap hormat
mereka memanggil Nirdawat beramai-ramai menuju ke Gedung M.P.R. Sementara
itu, teriakan-teriakan ”Hidup Presiden Nirdawat,” terus-menerus berkumandang
dengan nada penuh semangat, namun sangat syahdu”
“Demikianlah, semua
anggota M.P.R. menyambut kedatangan Nirdawat, dan segera menggelandang Nirdawat
dengan halus dan penuh hormat untuk tampil di mimbar”
“Terceritalah,
setelah malam tiba, dalam keadaan lelah Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang
ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman,
kemudian melepas baju Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya
menelungkupkan tubuh Nirdawat di tempat
tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit punggung
Nirdawat.”
“Keesokan harinya keluar Dekrit Presiden, terdiri atas
tiga butir, yaitu mulai hari itu nama
negara diganti dengan nama baru yang tidak boleh diubah-ubah lagi, yaitu
Republik Demokratik Nusantara. Itu butir pertama. Butir kedua, bendera
Republik Demokrasi Nusantara harus diciptakan dalam waktu sesingkat-singkatnya,
tanpa mencantumkan wajah siapa pun juga. Dan butir ketiga, masa jabatan
presiden dibatasi paling banyak dua periode, masing-masing periode lima tahun”
“Dalam sebuah perjalanan pulang dari kunjungan ke beberapa negara di Amerika Latin,
dalam pesawat Presiden Republik Demokratik Nusantara memberi penjelasan kepada
wartawan”
v Latar
suasana: cerah, sejuk, ramai, romantis, kacau
Terdapat dalam kutipan:
“pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk
dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan”
“Akhirnya
beberapa di antara mereka masuk ke dalam rumah Nirdawat, lalu dengan sikap hormat mereka memanggil Nirdawat beramai-ramai menuju
ke Gedung M.P.R. Sementara itu, teriakan-teriakan ”Hidup Presiden Nirdawat,” terus-menerus
berkumandang dengan nada penuh semangat, namun sangat syahdu”
“Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah
Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian digelandang ke dekat tempat tidur.
Dengan lembut isterinya memberinya beberapa ciuman, kemudian melepas baju
Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan akhirnya menelungkupkan tubuh
Nirdawat di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut pula isterinya memijit-mijit
punggung Nirdawat”
“Akhirnya, penggulingan kekuasaan pun terjadi, tanpa
tahu siapa pemimpinnya, dan tanpa pertumpahan darah sama sekali. Tanpa diketahui siapa yang memberi komando,
tahu-tahu Jiglong sudah diringkus dan dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Juga
tanpa diketahui siapa yang memberi komando, sekonyong-konyong serombongan anak
muda merebut stasiun televisi dan radio, lalu secara spontan mengumumkan bahwa
sejak saat itu nama negara diganti dengan Republik Demokratik Nirdawat, dengan
bendera berwajahkan Nirdawat”
Ø Alur:
campuran
Beberapa hari lalu è sekarang è ke masa
lalu èberanjak ke
depan/ke masa sekarangèberjalan ke
depan
Jika di simbolkan maka: D è E è A è B è C èD èE è F
Terdapat dalam kutipan:
“Selama beberapa hari terakhir, sementara itu, semua
gerakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri mendesak, agar Nirdawat
segera disyahkan sebagai presiden baru. Karena Nirdawat tidak bersedia, maka
akhirnya, pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk dan langit
kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan, ribuan rakyat mengelilingi
rumah Nirdawat, dan berteriak-teriak dengan nada memohon, agar untuk
kepentingan bangsa dan negara, Nirdawat bersedia menjadi presiden” (kejadian tersebut terjadi di masa D)
“Terceritalah, setelah malam tiba, dalam keadaan lelah
Presiden Nirdawat masuk ke kamar tidur, dipeluk oleh isterinya, kemudian
digelandang ke dekat tempat tidur. Dengan lembut isterinya memberinya beberapa
ciuman, kemudian melepas baju Nirdawat, lalu melepas kaos dalam Nirdawat, dan
akhirnya menelungkupkan tubuh Nirdawat di tempat tidur. Kemudian, dengan lembut
pula isterinya memijit-mijit punggung Nirdawat” (kejadian tersebut terjadi di masa E)
Menurut cerita, seorang jendral kerajaan bernama Dobol
berhasil menggulingkan kekuasaan raja terakhir, dan bentuk negara pun berubah
menjadi Republik Demokratik. Republik karena negara tidak lagi dipimpin oleh
raja tapi oleh presiden, dan demokratik karena siapa pun berhak menjadi
presiden asalkan memenuhi syarat.
Maka, negara yang dulu diatur oleh kebiasaan tanpa
undang-undang, semenjak Dobol menjadi presiden, kebiasaan pun diganti dengan
undang-undang dasar. Karena Dobol beranggapan bahwa undang-undang dasar tidak
boleh seluruhnya bertentangan dengan kebiasaan lama, maka dalam undang-undang
yang kata Dobol bersifat sementara itu pun dengan tegas mencantumkan kata-kata,
bahwa nama negara disesuaikan dengan nama presiden. Bendera negara pun, mau
tidak mau, harus menampilkan wajah presiden.
Karena dalam kebiasaan lama masa jabatan raja tidak
ada batasnya, maka, supaya undang-undang dasar tidak sepenuhnya bertentangan
dengan kebiasaan lama, dalam undang-undang dasar negara republik demokratik
ini, pasal mengenai masa jabatan presiden pun tidak perlu dicantumkan.
Demikianlah, Dobol menjadi Presiden Republik
Demokratik Dobol, dan karena masa jabatan presiden tidak ada pasalnya dalam
undang-undang dasar, maka Dobol pun menjadi presiden sampai lama sekali, sampai
akhirnya Sang Takdir menanam sebuah biji bernama tumor ganas dalam otak Dobol.
Meskipun akhirnya lumpuh total, semangat Dobol untuk
patuh kepada undang-undang dasar masih menyala-nyala dengan semangat penuh.
Dalam undang-undang dasar dinyatakan dengan tegas, siapa pun berhak menjadi
presiden, asalkan memenuhi syarat. Dan seseorang yang memenuhi syarat, tidak
lain adalah Abdul Jedul bukan sebagai anak Dobol, tetapi sebagai warga negara
biasa yang kebetulan adalah anak presiden negara republik demokratik ini. (hal tersebut terjadi di masa A)
Demikianlah, maka Abdul Jedul menjadi Presiden
Republik Demokratik Abdul Jedul, sampai akhirnya Sang Takdir mengulangi
tugasnya sebagai penguasa hukum alam: sebuah bibit tumor ganas disisipkan ke
dalam otak Abdul Jebul, dan tamatlah riwayat Abdul Jebul.
Karena, sebagaimana halnya Dobol, Abdul Jedul juga
sangat setia dengan undang-undang dasar negara yang kata Dobol dulu bersifat
sementara, maka jatuhlah kekuasaan presiden republik demokratik ini ke tangan
Jiglong, seseorang yang memenuhi syarat untuk menjadi presiden bukan karena dia
anak Presiden Republik Demokratik Abdul Jedul, tapi karena sebagai warga negara
biasa dia benar-benar memenuhi syarat untuk menjadi presiden. (hal tersebut terjadi di masa B)
Kebetulan Jiglong anak manja, malas, suka foya-foya,
dan tentu saja suka main perempuan, dan karena merasa kekuasaan dan hartanya
tidak mengenal batas, maka berjudi pun dia lakukan dengan penuh semangat.
Setelah Jiglong merusak negaranya sendiri selama
beberapa tahun, maka Sang Takdir pun mulai melakukan gerilya: kali ini tidak
dengan jalan menanamkan bibit tumor ke dalam otak, tapi membuat otak Jiglong
sedikit demi sedikit miring. Maka Jiglong pun tidak bisa lagi membedakan siang
dan malam, dekat dan jauh, langit dan bumi, dan yang lebih payah lagi, Jiglong
tidak bisa membedakan apakah seseorang itu laki-laki atau perempuan. Maka,
diam-diam Jiglong suka keluyuran sendiri di kampung, berusaha memperkosa
perempuan, tapi ternyata laki-laki. Para pengawal pribadi dia pun sudah agak
acuh tak acuh. (hal tersebut terjadi di
masa C)
Akhirnya, penggulingan kekuasaan pun terjadi, tanpa
tahu siapa pemimpinnya, dan tanpa pertumpahan darah sama sekali. Tanpa
diketahui siapa yang memberi komando, tahu-tahu Jiglong sudah diringkus dan
dilemparkan ke rumah sakit jiwa. Juga tanpa diketahui siapa yang memberi
komando, sekonyong-konyong serombongan anak muda merebut stasiun televisi dan
radio, lalu secara spontan mengumumkan bahwa sejak saat itu nama negara diganti
dengan Republik Demokratik Nirdawat, dengan bendera berwajahkan Nirdawat (hal tersebut terjadi di masa D)
”Kau harus melakukan sesuatu, Nirdawat, sekarang juga.
Aku selalu mendampingimu,” kata isterinya dengan lembut, lalu menciumi Nirdawat
lagi dengan lembut pula.(hal tersebut
terjadi di masa E)
Keesokan harinya keluar Dekrit Presiden, terdiri atas
tiga butir, yaitu mulai hari itu nama negara diganti dengan nama baru yang
tidak boleh diubah-ubah lagi, yaitu Republik Demokratik Nusantara. Itu butir
pertama. Butir kedua, bendera Republik Demokrasi
Terceritalah, di bawah pimpinan Presiden Nirdawat,
Republik Demokratik Nusantara makin melebarkan sayapnya: sekian banyak duta
besar ditebarkan di sekian banyak negara yang dulu sama sekali belum mempunyai
hubungan. Presiden Nirdawat, dengan sendirinya, harus hadir tanpa boleh
diwakilkan.
Namun sayang, masih ada satu negara lagi yang belum
terjamah oleh Republik Demokratik Nusantara, padahal negara ini terkenal makmur
dan pemimpin-pemimpinnya hebat-hebat, setidaknya berdasarkan catatan-catatan
resmi. Para pemimpin sekian banyak negara berkali-kali memuji keramahan
penduduk negara itu, keindahan alam negara itu, dan kemakmuran negara itu.
Maka, setelah waktunya tiba, datanglah Presiden Nirdawat ke negara itu. Laporan
tlisik sandi ternyata benar: di negara yang sangat makmur ini, banyak pemimpin
bertangan buntung. Hukum memang tegas: barang siapa mencuri uang rakyat, harus
dihukum potong tangan.
Dan Presiden Nirdawat dari Republik Demokratik
Nusantara pun sempat terkagum-kagum: ternyata, para pemimpin buntung justru
bangga. Kendati mereka kena hukuman potong tangan, mereka tetap bisa menjadi
pemimpin, dan tetap dihormati. (hal
tersebut terjadi di masa F)
Ø Tema: cerpen
ini banyak mengandung unsur-unsur politik, namun yang paling menonjol adalah
suatu hukum yang berada di suatu Negara yang telah lama memiliki pemimpin dan
beberapa kali pemimpin Negara tidaka memastikan hukum yang jelas dalam suatu
pemerintahan yang ada di Negara tersebut
Ø Amanat: dalam
cerpen “tangan-tangan buntung” Budi Darma memberikan berbagai macan hal pesan
lewat cerpen yang menyindir suatu pemerintahan dengan pemimpin-pemimpin yang
tidak mampu memimpin Negaranya dengan baik, diantaranya:
a) Menjadi
seorang pemimpin berarti menjadi panutan seluruh warga Negara
b) Seorang
pemimpin tidak boleh bersikap yang tidak mencerminkan seorang pemimpin
c) Suatu Negara
harus memiliki Undang-Undang yang jelas untuk dijadikan pedoman Negara itu
sendiri
d) Dalam suatu
Negara hukum harus benar-benar ditegakkan
e) Orang-orang
yang korupsi harus diberi hukuman yang setimpal sesuai dengan Undang-Undang
Negara tersebut
f) Orang-orang
yang bersalah dan telah menerima hukumannya tidak seharusnya dikucilkan, sebab
mereka juga dapat membantu Negara sesuai dengan kemampuannya
g) Setiap orang
yang bersalah dan telah mengakui kesalahannya serta telah mendapatkan hukuman,
maka kita harus memaafkannya dan mencari kelebihannya agar mereka dapat
dimanfaatkan untuk kebaikan.
KETEGASAN HUKUM MELALUI
PENDEKATAN PRAGMATIK
Dalam sebuah Negara Hukum bukanlah hal yang
asing, sebab melalui sebuah hukum segala hal yang terjadi di dalam Negara
tersebut dapat dikendalikan, namun hal terpenting yakni bagaimana sebuah Negara
tersebut menyikapi atau mentaati sebuah Hukum yang telah di bentuk sesuai
dengan dasar-dasar Negara, dalam cerpen “tangan-tangan buntung” ini
menceritakan tentang sebuah Negara yang awalnya belum mempunyai sebuah Dasar
Negara untuk dijadikan sebuah patokan seperti dalam kutipan (1) sementara itu
meskipun namanya sudah menjadi Republik, namun apabila Republik tersebut tak
memiliki aturan-aturan yang dibutuhkan untuk memperbaiki sebuah Pemerintahan
didalamnya, seperti masa jabatan Presiden yang tak di cantumkan maka hal
tersebut membuat pemimpin enggan untuk turun dari jabatannya, sehingga masa
jabatan itu tergantung dengan Presidennya sendiri, seperti dalam kutipan (2) tidak
adanya sebuah aturan dalam sebuah Negara juga menjadikan seorang pemimpin lupa
degan tugasnya menjadi pemimpin rakyat, karena kekuasaan yang tinggi maka
kesempatan untuk hidup berfoya-foya pun tidak terkendalikan lagi, seperti dalam
kutipan (3, 4) oleh karenanya dalam cerpen ini seorang tokoh Nirdawat
dihadirkan untuk meluruskan segala kerancuan yang terjadi dalam Negara yang
tidak jelas Undang-Undangnya atau apa yang dijadikan sebagai dasar Negara, maka
perombakan Undang-Undangpun dilakukan demi mendapatkan sebuah Negara yang jelas
sesuai dengan Dasar Negara dan Hukum yang berlaku, seperti dalam kutipan (5, 6)
dalam hal ini sebuah Undang-Undang dalam Negara sangat penting, sebab hal
tersebut dapat menjadi sebuah ciri khas sebuah Negara, jika Negara tersebut
mempunyai prinsip dalam menjalankan sebuah Negara yang taat dalam peraturan
yang telah dibuat dan disepakati bersama, dan hal yang paling penting yakni
bagaimana ketegasan Hukum disebuah Negara itu dilakukan seperti dalam kutipan
(7) dalam kutipan tersebut seseorang yang mencuri uang rakyat benar-benar di
tegaskan yakni dengan hukuman potong tangan dan hal tersebut benar-benar
dilakukan, sehingga para pejabat yang terbukti bersalah benar-benar dipotong
tanganya, meskipun demikian orang-orang yang mempunyai pengaruh besar di dalam
Negara tetap di akui sebab dari kecerdasan orang-orang tersebut dapat membantu
pergerakan Negara menuju hal yang lebih baik, dalam hal ini pintu maaf selalu
dibuka bagi orang-orang yang bersalah dengan hukuman yang telah diterimanya,
dan Negara dapat kembali memanfaatkan orang-orang cerdas yang tentunya dapat
membantu sebuah Negara menuju kemakmuran.Ketegasan hukum seperti ini juga dapat
menjadi sebuah nilai yang sangat penting bagi sebuah Negara, jika nilai-nilai
kejujuran dan ketaatan pada Hukum harus benar-benar dilaksanakan. Hal ini
tentunya juga akan membuat Negara-Negara sekitar terkagum-kagum terhadap sebuah
Negara yang mentaati nilai sebuah Hukum atau ketegasan Hukum benar-benar
dilaksanakan, seperti dalam kutipan (8).
Oleh: Uul Rohmatul Hasanah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar