ANALISIS
TINDAK TUTUR WACANA HIMBAUAN
DALAM
KAJIAN PRAGMATIK
Huswatul Hasanah
122074021
ABSTRAK
Huswatul
Hasanah, 122074021, Analisis Tindak Tutur Wacana Himbauan dalam Kajian
Pragmatik. Data yang dianalisis adalah sebuah wacana himbuan yang ditemukan
pada dinding warnet (DS.Net). Masalah yang dirumuskan pada penelitian ini
adalah Mengapa wacana
himbauan tersebut cenderung dimasukkan ke dalam konsep tindak tutur ?
Jenis tindak tutur apa saja yang tampak
dalam himbauan tersebut? Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode padan dan alat penentunya adalah mitra wicara (metode pragmatis). Dalam wacana himbauan
terdapat sebuah konsep pragmatik yang paling menonjol yakni tindak tutur.
Makalah ini berisi mengenai bahasan tindak tutur yang dihasilkan dari proses
analisis dan penelitian wacana himbauan tersebut. Kesimpulan dari makalah
induktif ini adalah dari hasil kajian dan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
wacana himbauan yang diamati tersebut lebih fokus pada salah satu konsep dasar
pragmatik yakni tindak tutur. Wacana himbauan yang dikaji adalah sebuah tuturan
dari pihak operator kepada para pengunjung warnet. Tindak tutur yang paling
menonjol dari berbagai jenis tindak tutur yang tampak pada wacana tersebut
adalah tindak tutur Direktif
dan tindak tutur Deklaratif.
Kata
kunci : tindak tutur, direktif,
deklaratif, dan wacana himbauan.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di sebuah warung internet (warnet) yang terletak
di Jalan Rajawali, Sampang - Madura pada Jumat, 28 Desember 2012 saya menemukan
sebuah wacana terpampang di dinding sekitar warnet DS.Net. Wacana tersebut
merupakan sebuah himbauan tertulis untuk para pengunjung yang hendak
menggunakan jasa warnet tersebut. Saya tertarik meneliti tuturan yang tertulis
pada wacana tersebut, terkait dengan kajian Pragmatik yang sudah saya pelajari
sebelumnya.
Secara umum, pragmatik dapat diartikan sebagai
kajian bahasa yang telah dikaitkan dengan konteks yang mendasari penjelasan
pengertian bahasa dalam hubungannya dengan pengguna bahasa. Dalam
hal ini terjadi proses komunikasi melalui konsep tindak tutur secara tidak
langsung. Dengan adanya wacana tersebut, pihak operator
warnet secara tidak langsung dapat memberi himbauan dan informasi kepada
pengunjung bahasa yang dalam hal ini pihak operator warnet sebagai penulis
wacana (penutur) dan pengunjung warnet sebagai pembaca wacana tersebut. Keduanya
sangat berhubungan karena pembaca akan memberi respon atau efek setelah membaca
wacana yang ditempel di dinding warnet. Kala itu, saya sendiri sebagai
pengunjung warnet dapat memeberi respon yang sama seperti pengunjung lainnya. Oleh
sebab itu saya memilih wacana tersebut sebagai kajian analisis makalah ini
untuk menyelesaikan Tugas Akhir Semester mata kuliah Linguistika Umum.
Sebagaimana lingkup bidang kajian pragmatik yang
cukup luas, makalah induktif ini membahas tentang tindak tutur sebagai kajian
dalam pragmatik. Untuk lebih memahami konsep ini diperlukan pemahaman lebih
lanjut. Maka dari itu, dengan adanya makalah ini akan ada sebuah kajian yang
dapat membedah tindak tutur secara lebih luas berdasar teori dan referensi yang
sudah dipelajari.
Kajian Teori
Proses komunikasi
tidak terlepas oleh adanya tindak
tutur. Tindak tutur
merupakan tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur. Dalam
mengucapkan suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu
dengan pengucapan tuturan itu, tetapi juga menindakkan sesuatu dalam kalimat yang
diucapkannya (Purwo, 1990:19). Sedangkan Suparno (1998 : 14-17) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan
verba yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh penutur ketika berbahasa
dalam peristiwa berbahasa tertentu. Menurut Yule (2006 : 82-83) tindak tutur
adalah suatu tindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Misal permintaan maaf,
keluhan, pujian, undangan, janji, dan permohonan. Penutur berharap mitra tutur
memahami maksud pendengar atau lawan tutur. Penutur dan lawan tutur biasanya
terbantu oleh situasi tutur. Konteks situasi atau konteks penutur (percakapan)
terkait dengan berbagai aspek. Syarat terjadinya suatu komunikasi itu ada tiga,
yakni pembicara, lawan bicara, dan sandi atau bahasa yang digunakan (Zamzani,
2007 : 27).
Menurut
Muhammad Rohmadi, (2004) teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh
Austin (1965), seorang guru besar di Universitas Hardvard. Teori yang berwujud
hasil ku;iah itu kemudian dibuktikan oleh J.O.Urmson (1965) dengan judul How to
do Things with Words? Akan tetapi teori itu baru berkembang secara mantap
setelah Searle mengatakan dalam
semua komunikasi linguistik tedapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa
komunikasi bukan sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat
bila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud
perilaku tindak tutur. Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang
ilmu bahasa yang mengaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya.
Berkenaan
dengan tuturan, Austin membedakan tiga jenis tindakan, yaitu: (1) Tindak tutur
lokusi, yakni tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan
makna di dalam kamus dan menurut kaedah sintaksisnya. (2) Tindak tutur ilokusi,
yakni tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur
kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan sebagainya.
(3) Tindak tutur perlokusi, yakni tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan
untuk memengaruhi mitra tutur. Searle (1975 : 59-82 ; lihat Gunawan, 1994 :
85-86) membagi tindak tutur menjadi lima kategori :
1. Representatif/asertif,
yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan.
2. Direktif/impositif,
yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar pendengar melakukan
tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut.
3. Ekspresif/evaluasif,
yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai
evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu.
4. Komisif,
yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang
disebutkan di dalam tuturannya.
5. Deklarasi/establisif/isbati,
yaitu tindak tutur yng dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan,
dan sebagainya) yang baru.
Sedangkan
Wijana (1996 : 4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak
tutur langsung dan tindak tutur tak langsung, tindak tutur literal dan tindak
tutur tak literal.
1.
Tindak tutur langsung dan tindak tutur tak langsung.
Secara formal berdasarkan modusnya,
kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya
(introgatif) dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat
berita digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk
menanyakan sesuatu dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan
sebagainya. Tindak tutur langsung dapat berupa kalimat berita, tanya, dan
perintah. Tindak tutur tak langsung ialah tindak tutur untuk memerintah
seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung.
2.
Tindak tutur literal dan tindak tutur tak literal.
Tindak tutur literal adalah tindak tutur
yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak
tutur tak literal adalah tindak tutur yang dimaksudnya tidak sama dengan atau
berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Apabila tindak tutur langsung dan
tak langsung diinteraksikan dengan tindak tutur literal dan tak literal, maka
akan tercipta tindak tutur : (1) Tindak tutur langsung literal, ialah tindak tutur
yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud
pengutaraannya. (2) Tindak tutur tak langsung literal, adalah tindak tutur yang
diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud
pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh penutur.
Dari berbagai pandangan di atas sebenarnya semua
pendapat dapat saling melengkapi pendapat satu sama lain. Karena semua
pandangan telah mencakup konsep tindak tutur dan pendapat-pendapat lain dapat
memberi tambahan dan melengkapi materi ini untuk menyempurnakan bahasan tentang
teori tindak tutur.
Secara lebih mudah, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah salah satu
cabang dari linguistik yang secara khusus mengaji hubungan antara bahasa dan
konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Pengertian pemahaman di
sini menunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan ujaran
diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya,
yakni hubungannya dengan konteks pemakainya. Dengan demikian pendekatan
pragmatik sangat relevan digunakan untuk mengungkap makna-makna tindak tutur
yang berada dalam suatu konteks. Sehingga dapat dikatakan bahwa tindak tutur
merupakan proses komunikasi yang berlangsung dengan memerhatikan situasi ketika
tuturan berlangsung oleh penutur. Tindak tutur terbagi menjadi beberapa, diantaranya :
·
Lokusi, ilokusi, dan perlokusi
·
Tindak tutur langsung dan tak langsung
·
Tindak tutur deklaratif, introgatif, dan imperatif
Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah
Penyusunan makalah Tugas Akhir
Semester ini, diberikan batasan maupun ruang lingkup masalah demi terciptanya
penguasaan materi ataupun fokus dalam penulisan makalah induktif ini. Adapun
batasan masalah atau lingkup permasalahan dalam pembuatan makalah ini dilakukan
hanya pada sebuah wacana himbauan yang di tempel pada dinding warnet DS.Net.
Hal ini dimaksudkan untuk terciptanya penguasaan konsep dan materi yang
disajikan.
Rumusan Masalah
1. Mengapa
wacana himbauan tersebut cenderung dimasukkan ke dalam konsep tindak tutur ?
2. Jenis
tindak tutur apa saja yang tampak dalam himbauan tersebut?
METODE PENELITIAN
Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis
data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa keterangan atau
kata-kata, dalam hal ini adalah wacana himbauan. Data kualitatif digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui bentuk, fungsi, dan makna tindak tutur dalam
ungkapan himbauan.
Instrumen Penelitian
Untuk penelitian ini data yang
diteliti adalah sebuah tulisan (wacana). Untuk mendapatkan data dibutuhkan alat
bantu berupa kamera handphone. Kamera handphone ini digunakan untuk mengambil
gambar wacana himbauan yang akan diteliti.
Metode Penelitian
Dalam menganalisis data digunakan
metode padan. Metode padan adalah metode atau cara yang digunakan dalam upaya
menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang penentunya di luar, terlepas, dan
tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode padan yang
digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode pragmatis yang
alat penentunya dalah mitra wicara. Metode padan digunakan dalam mentukan
bentuk, fungsi, dan makna kalimat himbauan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Wacana di atas ditemukan
di sebuah warnet DS.Net di Jalan Rajawali, Sampang – Madura. Terlihat pada
dinding-dinding sekitar warnet dan dibaca pada Jumat, 28 Desember 2012 pukul
18.30 WIB. Wacana di atas merupakan sebuah wacana himbauan. Wacana himbauan di
atas ditujukan oleh operator warnet kepada para pengunjung. Wacana tesebut merupakan wacana
himbauan karena berisi kalimat atau ungkapan untuk menghimbau para pengunjung
warnet, terdapat kalimat deklaratif yang
secara tidak langsung menyampaikan sebuah berita dan juga terdapat kalimat
imperatif yang secara tidak langsung pula menyerukan kalimat perintah tanpa
memberi kesan menyuruh kepada mitra pembaca.
Wacana
himbauan di atas dikatakan sebagai tuturan himbauan karena mengandung kalimat berita tentang maraknya pencurian
sandal sehingga himbauan muncul “Awas maling sandal !!!! Demi keamanan, sandal
dibawa masuk!! Silahkan ambil tas plastik di operator.” Tuturan tersebut
termasuk dalam tindak tutur secara tidak langsung. Tindak tutur tak langsung
ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak
langsung. Pihak operator secara tidak langsung berusaha memerintah pengunjung
warnet atau pembaca wacana tersebut untuk membawa sandalnya masuk dan meminta
plastik kepada operator.
Dari
hasil analisis dan penelitian dalam segi kajian pragmatik, wacana himbauan di
atas lebih menonjolkan konsep tindak tutur. Konsep tindak tutur sangat terlihat
dari jenis kalimat yang digunakan sebagai cara untuk menuturkan sebuah maksud.
Wacana tersebut termasuk pada konsep tindak tutur karena sesuai dengan
pengertian tindak tutur itu sendiri bahwa tindak tutur merupakan proses
komunikasi yang berlangsung dengan memerhatikan situasi ketika tuturan berlangsung
oleh penutur.
Tuturan dalam tulisan pada wacana tersebut
termasuk tindak tutur Representatif/asertif,
yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan.
Seperti pada kalimat pertama “Awas maling sandal !!!!” tuturan tersebut timbul
karena melihat konteks lingkungan sekitar warnet tersebut yang marak terjadi
pencurian sandal. Penutur berusaha memberikan himbauan sekaligus menyertakan informasi tentang fakta keadaan yang
akhir-akhir ini marak terjadi
di warnet tersebut.
Termasuk tindak tutur Direktif/impositif,
yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar pendengar atau pembaca
melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut. Seperti pada
kalimat kedua dan ketiga “ Demi keamanan, sandal dibawa masuk!! Silahkan ambil
tas plastik di operator.” Penutur yang dalam hal ini adalah operator warnet
tersebut berusaha memberikan arahan kepada pengunjung yang tidak ingin
sandalnya hilang untuk melakukan anjuran yang tertulis. Terkait dengan Tindak
tutur perlokusi, yakni tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk
memengaruhi mitra tutur. Secara tidak langsung penutur
memberikan sebuah tuturan ajakan dan arahan secara halus untuk dapat
memengaruhi pembaca agar mengikuti himbauan yang tertulis, yakni membawa masuk
sandalnya kemudian meminta tas plastik kepada operator.
Juga dikatakan sebagai tindak tutur
Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa
yang disebutkan di dalam tuturannya. Dengan kedua kalimat di atas secara tidak
langsung penutur mampu
memengaruhi kemudian berusaha mengikat pengunjung untuk melaksanakan anjuran yang ditulis
terkait dengan himbauan sesuai kondisi dan fakta yang ada pada kawasan warnet
tersebut. Sebagai tindak tutur Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur
yng dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan
sebagainya) yang baru. Karena penutur atau para operator warnet menginginkan
suasana baru yang bebas dari pencurian sandal. Dengan diberikannya tuturan
himbauan dalam wacana ini, penutur berharap pembaca dapat mengikuti himbauan
dan anjuran tersebut. Sehingga keadaan dapat terminimalisir kemudian dapat
menciptakan keadaan baru yakni tidak terjadi pencurian sandal di warnet
tersebut.
Ø Sehingga
secara lebih jelas hasil dari penelitian wacana himbauan tersebut adalah :
1.
Wacana himbauan di atas cenderung dikategorikan dalam konsep tindak
tutur karena himbauan berisi tuturan dengan kalimat imperatif dan wacana
tersebut lebih mengacu pada pengertian tindak tutur yang merupakan proses
komunikasi yang berlangsung dengan memerhatikan situasi ketika tuturan
berlangsung oleh penutur. Wacana himbauan di atas juga lebih condong memiliki
kajian yang terkait dengan jenis-jenis tindak tutur.
2.
Jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam wacana himbauan di atas
adalah : (1) Representatif/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan
kebenaran atas apa yang diujarkan. (2) Direktif/impositif, yaitu tindak tutur
yang dimaksudkan penuturnya agar pendengar atau pembaca melakukan tindakan yang
disebutkan di dalam tuturan tersebut. (3) Komisif, yaitu tindak tutur yang
mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya.
(4) Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yng dimaksudkan penuturnya
untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. (5) Tindak
tutur perlokusi, yakni tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk
memengaruhi mitra tutur. (6) Tindak
tutur tak langsung ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan
sesuatu secara tidak langsung.
PENYIMPULAN
Dari hasil kajian dan bahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa wacana himbauan yang diamati tersebut lebih fokus pada salah
satu konsep dasar pragmatik yakni tindak tutur. Wacana himbauan yang dikaji
adalah sebuah tuturan dari pihak operator kepada para pengunjung warnet. Di
dalam wacana terdapat jenis-jenis tindak tutur yakni tindak tutur tak langsung,
tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak
tutur deklaratif, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur yang paling menonjol dari berbagai jenis tindak tutur yang
tampak pada wacana tersebut adalah tindak tutur Direktif dan tindak
tutur Deklaratif. Karena penutur atau pihak operator berusaha memberikan
perintah secara tidak langsung dan bermaksud agar pengunjung melakukan tindakan
sesuai tuturan yang tertulis, hal tersebut adalah sebagai usaha untuk
menciptakan suasana baru yang bebas dari pencurian sandal di warnet tersebut.
DAFTAR
ACUAN
(diakses pada Minggu, 28 Desember 2012)
(diakses pada Sabtu, 29 Desember 2012)
(diakses pada Sabtu, 29 Desember 2012)
Kridalaksana,
Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi
Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Robin, Johan. 2011. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Buku
Empat Lima.
Rustono.
1999. Pokok-Pokok Pragmatik.
Semarang: Ikip Semarang Press.
Sudaryanto. 1989. Aneka Teknik dan
Metode Analis Data dalam Penelitian Bahasa. Yogykarta: Penerbit Duta Wacana
Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar