..

love

Kamis, 30 Mei 2013

Makalah Penelitian Analisis Tidak Tutur

ANALISIS TINDAK TUTUR WACANA HIMBAUAN
DALAM KAJIAN PRAGMATIK

Huswatul Hasanah
122074021

ABSTRAK

Huswatul Hasanah, 122074021, Analisis Tindak Tutur Wacana Himbauan dalam Kajian Pragmatik. Data yang dianalisis adalah sebuah wacana himbuan yang ditemukan pada dinding warnet (DS.Net). Masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah Mengapa wacana himbauan tersebut cenderung dimasukkan ke dalam konsep tindak tutur ? Jenis tindak tutur apa saja yang tampak dalam himbauan tersebut? Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode padan dan alat penentunya adalah mitra wicara (metode pragmatis). Dalam wacana himbauan terdapat sebuah konsep pragmatik yang paling menonjol yakni tindak tutur. Makalah ini berisi mengenai bahasan tindak tutur yang dihasilkan dari proses analisis dan penelitian wacana himbauan tersebut. Kesimpulan dari makalah induktif ini adalah dari hasil kajian dan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa wacana himbauan yang diamati tersebut lebih fokus pada salah satu konsep dasar pragmatik yakni tindak tutur. Wacana himbauan yang dikaji adalah sebuah tuturan dari pihak operator kepada para pengunjung warnet. Tindak tutur yang paling menonjol dari berbagai jenis tindak tutur yang tampak pada wacana tersebut adalah tindak tutur Direktif dan tindak tutur Deklaratif.

Kata kunci : tindak tutur, direktif, deklaratif, dan  wacana himbauan.


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di sebuah warung internet (warnet) yang terletak di Jalan Rajawali, Sampang - Madura pada Jumat, 28 Desember 2012 saya menemukan sebuah wacana terpampang di dinding sekitar warnet DS.Net. Wacana tersebut merupakan sebuah himbauan tertulis untuk para pengunjung yang hendak menggunakan jasa warnet tersebut. Saya tertarik meneliti tuturan yang tertulis pada wacana tersebut, terkait dengan kajian Pragmatik yang sudah saya pelajari sebelumnya.
Secara umum, pragmatik dapat diartikan sebagai kajian bahasa yang telah dikaitkan dengan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa dalam hubungannya dengan pengguna bahasa. Dalam hal ini terjadi proses komunikasi melalui konsep tindak tutur secara tidak langsung. Dengan adanya wacana tersebut, pihak operator warnet secara tidak langsung dapat memberi himbauan dan informasi kepada pengunjung bahasa yang dalam hal ini pihak operator warnet sebagai penulis wacana (penutur) dan pengunjung warnet sebagai pembaca wacana tersebut. Keduanya sangat berhubungan karena pembaca akan memberi respon atau efek setelah membaca wacana yang ditempel di dinding warnet. Kala itu, saya sendiri sebagai pengunjung warnet dapat memeberi respon yang sama seperti pengunjung lainnya. Oleh sebab itu saya memilih wacana tersebut sebagai kajian analisis makalah ini untuk menyelesaikan Tugas Akhir Semester mata kuliah Linguistika Umum. 

Sebagaimana lingkup bidang kajian pragmatik yang cukup luas, makalah induktif ini membahas tentang tindak tutur sebagai kajian dalam pragmatik. Untuk lebih memahami konsep ini diperlukan pemahaman lebih lanjut. Maka dari itu, dengan adanya makalah ini akan ada sebuah kajian yang dapat membedah tindak tutur secara lebih luas berdasar teori dan referensi yang sudah dipelajari.

Kajian Teori

Proses komunikasi tidak terlepas oleh adanya tindak tutur. Tindak tutur merupakan tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur. Dalam mengucapkan suatu kalimat, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan tuturan itu, tetapi juga menindakkan sesuatu dalam kalimat yang diucapkannya (Purwo, 1990:19). Sedangkan Suparno (1998 : 14-17) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan verba yang menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh penutur ketika berbahasa dalam peristiwa berbahasa tertentu. Menurut Yule (2006 : 82-83) tindak tutur adalah suatu tindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Misal permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji, dan permohonan. Penutur berharap mitra tutur memahami maksud pendengar atau lawan tutur. Penutur dan lawan tutur biasanya terbantu oleh situasi tutur. Konteks situasi atau konteks penutur (percakapan) terkait dengan berbagai aspek. Syarat terjadinya suatu komunikasi itu ada tiga, yakni pembicara, lawan bicara, dan sandi atau bahasa yang digunakan (Zamzani, 2007 : 27).

Menurut Muhammad Rohmadi, (2004) teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh Austin (1965), seorang guru besar di Universitas Hardvard. Teori yang berwujud hasil ku;iah itu kemudian dibuktikan oleh J.O.Urmson (1965) dengan judul How to do Things with Words? Akan tetapi teori itu baru berkembang secara mantap setelah Searle mengatakan dalam semua komunikasi linguistik tedapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat bila disebut produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Tindak tutur merupakan analisis pragmatik, yaitu cabang ilmu bahasa yang mengaji bahasa dari aspek pemakaian aktualnya.    

Berkenaan dengan tuturan, Austin membedakan tiga jenis tindakan, yaitu: (1) Tindak tutur lokusi, yakni tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaedah sintaksisnya. (2) Tindak tutur ilokusi, yakni tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan sebagainya. (3) Tindak tutur perlokusi, yakni tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur. Searle (1975 : 59-82 ; lihat Gunawan, 1994 : 85-86) membagi tindak tutur menjadi lima kategori :

1.      Representatif/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan.
2.      Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut.
3.      Ekspresif/evaluasif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan itu.
4.      Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya.
5.      Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yng dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru.

Sedangkan Wijana (1996 : 4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tak literal.

1.        Tindak tutur langsung dan tindak tutur tak langsung.
Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (introgatif) dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya. Tindak tutur langsung dapat berupa kalimat berita, tanya, dan perintah. Tindak tutur tak langsung ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung.
2.        Tindak tutur literal dan tindak tutur tak literal.
Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang dimaksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tak literal adalah tindak tutur yang dimaksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Apabila tindak tutur langsung dan tak langsung diinteraksikan dengan tindak tutur literal dan tak literal, maka akan tercipta tindak tutur : (1) Tindak tutur langsung literal, ialah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. (2) Tindak tutur tak langsung literal, adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur.

Dari berbagai pandangan di atas sebenarnya semua pendapat dapat saling melengkapi pendapat satu sama lain. Karena semua pandangan telah mencakup konsep tindak tutur dan pendapat-pendapat lain dapat memberi tambahan dan melengkapi materi ini untuk menyempurnakan bahasan tentang teori tindak tutur.

Secara lebih mudah, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah salah satu cabang dari linguistik yang secara khusus mengaji hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa. Pengertian pemahaman di sini menunjuk kepada fakta bahwa untuk mengerti suatu ungkapan ujaran diperlukan juga pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungannya dengan konteks pemakainya. Dengan demikian pendekatan pragmatik sangat relevan digunakan untuk mengungkap makna-makna tindak tutur yang berada dalam suatu konteks. Sehingga dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan proses komunikasi yang berlangsung dengan memerhatikan situasi ketika tuturan berlangsung oleh penutur. Tindak tutur terbagi menjadi beberapa, diantaranya :

·         Lokusi, ilokusi, dan perlokusi
·         Tindak tutur langsung dan tak langsung
·         Tindak tutur deklaratif, introgatif, dan imperatif

Ruang Lingkup dan Pembatasan Masalah     

 Penyusunan makalah Tugas Akhir Semester ini, diberikan batasan maupun ruang lingkup masalah demi terciptanya penguasaan materi ataupun fokus dalam penulisan makalah induktif ini. Adapun batasan masalah atau lingkup permasalahan dalam pembuatan makalah ini dilakukan hanya pada sebuah wacana himbauan yang di tempel pada dinding warnet DS.Net. Hal ini dimaksudkan untuk terciptanya penguasaan konsep dan materi yang disajikan.

Rumusan Masalah

1.      Mengapa wacana himbauan tersebut cenderung dimasukkan ke dalam konsep tindak tutur ?
2.      Jenis tindak tutur apa saja yang tampak dalam himbauan tersebut?



METODE PENELITIAN


Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa keterangan atau kata-kata, dalam hal ini adalah wacana himbauan. Data kualitatif digunakan sebagai dasar untuk mengetahui bentuk, fungsi, dan makna tindak tutur dalam ungkapan himbauan.

Instrumen Penelitian

Untuk penelitian ini data yang diteliti adalah sebuah tulisan (wacana). Untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa kamera handphone. Kamera handphone ini digunakan untuk mengambil gambar wacana himbauan yang akan diteliti.


Metode Penelitian

Dalam menganalisis data digunakan metode padan. Metode padan adalah metode atau cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Metode padan yang digunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode pragmatis yang alat penentunya dalah mitra wicara. Metode padan digunakan dalam mentukan bentuk, fungsi, dan makna kalimat himbauan.







HASIL DAN PEMBAHASAN






Wacana di atas ditemukan di sebuah warnet DS.Net di Jalan Rajawali, Sampang – Madura. Terlihat pada dinding-dinding sekitar warnet dan dibaca pada Jumat, 28 Desember 2012 pukul 18.30 WIB. Wacana di atas merupakan sebuah wacana himbauan. Wacana himbauan di atas ditujukan oleh operator warnet kepada para pengunjung. Wacana tesebut merupakan wacana himbauan karena berisi kalimat atau ungkapan untuk menghimbau para pengunjung warnet, terdapat kalimat  deklaratif yang secara tidak langsung menyampaikan sebuah berita dan juga terdapat kalimat imperatif yang secara tidak langsung pula menyerukan kalimat perintah tanpa memberi kesan menyuruh kepada mitra pembaca.

Wacana himbauan di atas dikatakan sebagai tuturan himbauan karena mengandung kalimat berita tentang maraknya pencurian sandal sehingga himbauan muncul “Awas maling sandal !!!! Demi keamanan, sandal dibawa masuk!! Silahkan ambil tas plastik di operator.” Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur secara tidak langsung. Tindak tutur tak langsung ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Pihak operator secara tidak langsung berusaha memerintah pengunjung warnet atau pembaca wacana tersebut untuk membawa sandalnya masuk dan meminta plastik kepada operator.
Dari hasil analisis dan penelitian dalam segi kajian pragmatik, wacana himbauan di atas lebih menonjolkan konsep tindak tutur. Konsep tindak tutur sangat terlihat dari jenis kalimat yang digunakan sebagai cara untuk menuturkan sebuah maksud. Wacana tersebut termasuk pada konsep tindak tutur karena sesuai dengan pengertian tindak tutur itu sendiri bahwa tindak tutur merupakan proses komunikasi yang berlangsung dengan memerhatikan situasi ketika tuturan berlangsung oleh penutur.


Tuturan dalam tulisan pada wacana tersebut termasuk tindak tutur  Representatif/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Seperti pada kalimat pertama “Awas maling sandal !!!!” tuturan tersebut timbul karena melihat konteks lingkungan sekitar warnet tersebut yang marak terjadi pencurian sandal. Penutur berusaha memberikan himbauan sekaligus menyertakan  informasi tentang fakta keadaan yang akhir-akhir ini marak terjadi di warnet tersebut.

Termasuk tindak tutur Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar pendengar atau pembaca melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut. Seperti pada kalimat kedua dan ketiga “ Demi keamanan, sandal dibawa masuk!! Silahkan ambil tas plastik di operator.” Penutur yang dalam hal ini adalah operator warnet tersebut berusaha memberikan arahan kepada pengunjung yang tidak ingin sandalnya hilang untuk melakukan anjuran yang tertulis. Terkait dengan Tindak tutur perlokusi, yakni tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur.  Secara tidak langsung penutur memberikan sebuah tuturan ajakan dan arahan secara halus untuk dapat memengaruhi pembaca agar mengikuti himbauan yang tertulis, yakni membawa masuk sandalnya kemudian meminta tas plastik kepada operator.

Juga dikatakan sebagai tindak tutur Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Dengan kedua kalimat di atas secara tidak langsung penutur mampu memengaruhi kemudian berusaha mengikat pengunjung untuk melaksanakan anjuran yang ditulis terkait dengan himbauan sesuai kondisi dan fakta yang ada pada kawasan warnet tersebut. Sebagai tindak tutur Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yng dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Karena penutur atau para operator warnet menginginkan suasana baru yang bebas dari pencurian sandal. Dengan diberikannya tuturan himbauan dalam wacana ini, penutur berharap pembaca dapat mengikuti himbauan dan anjuran tersebut. Sehingga keadaan dapat terminimalisir kemudian dapat menciptakan keadaan baru yakni tidak terjadi pencurian sandal di warnet tersebut.
Ø  Sehingga secara lebih jelas hasil dari penelitian wacana himbauan tersebut adalah :

1.         Wacana himbauan di atas cenderung dikategorikan dalam konsep tindak tutur karena himbauan berisi tuturan dengan kalimat imperatif dan wacana tersebut lebih mengacu pada pengertian tindak tutur yang merupakan proses komunikasi yang berlangsung dengan memerhatikan situasi ketika tuturan berlangsung oleh penutur. Wacana himbauan di atas juga lebih condong memiliki kajian yang terkait dengan jenis-jenis tindak tutur.
2.         Jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam wacana himbauan di atas adalah : (1) Representatif/asertif, yaitu tuturan yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. (2) Direktif/impositif, yaitu tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar pendengar atau pembaca melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan tersebut. (3) Komisif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. (4) Deklarasi/establisif/isbati, yaitu tindak tutur yng dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. (5) Tindak tutur perlokusi, yakni tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk memengaruhi mitra tutur.  (6) Tindak tutur tak langsung ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung.





















PENYIMPULAN

Dari hasil kajian dan bahasan di atas dapat disimpulkan bahwa wacana himbauan yang diamati tersebut lebih fokus pada salah satu konsep dasar pragmatik yakni tindak tutur. Wacana himbauan yang dikaji adalah sebuah tuturan dari pihak operator kepada para pengunjung warnet. Di dalam wacana terdapat jenis-jenis tindak tutur yakni tindak tutur tak langsung, tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur deklaratif, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur yang paling menonjol dari berbagai jenis tindak tutur yang tampak pada wacana tersebut adalah tindak tutur Direktif dan tindak tutur Deklaratif. Karena penutur atau pihak operator berusaha memberikan perintah secara tidak langsung dan bermaksud agar pengunjung melakukan tindakan sesuai tuturan yang tertulis, hal tersebut adalah sebagai usaha untuk menciptakan suasana baru yang bebas dari pencurian sandal di warnet tersebut.






























DAFTAR ACUAN



(diakses pada Minggu, 28 Desember 2012)

(diakses pada Sabtu, 29 Desember 2012)

(diakses pada Sabtu, 29 Desember 2012)

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Robin, Johan. 2011. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Penerbit Buku Empat Lima.

Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: Ikip Semarang Press.

Sudaryanto. 1989. Aneka Teknik dan Metode Analis Data dalam Penelitian Bahasa. Yogykarta: Penerbit Duta Wacana Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar