..

love

Kamis, 30 Mei 2013

Makalah Penelitian Praanggapan

PRAANGGAPAN DALAM PERCAKAPAN
ANTARA ADIK DAN KAKAK
DALAM BAHASA JAWA BERLOGAT LAMONGAN

Uul Rohmatul Hasanah
122074012

ABSTRAK
Praanggapan mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan komunikasi, sebab praanggapan dapat menyebabkan interaksi antara orang satu dan yang lainnya berjalan baik atau mungkin sebaliknya, dalam suatu interaksi antara orang satu ke yang lainnya dibutuhkan pemilihan kata agar suatu ucapan dapat diterima baik oleh petutur ataupun penutur, sebab lemah lembut atau kekasaran bahasa juga sangat berpengaruh pada praanggapan seseorang ketika bekomunikasi, apalagi suatu interaksi yang dipengaruhi oleh logat bahasa daerah tertentu biasanya memiliki makna yang berbeda dengan makna pada umumnya, yang juga terdapat pada logat bahasa lamongan yang dapat menimbulkan praanggapan yang berbeda-beda bagi orang-orang yang berinteraksi dengan menggunakan logat bahasa lamongan.

Kata kunci: praanggapan, pemilihan kata dan logat bahasa lamongan

PENDAHULUAN
         
Interaksi dalam kehidupan ini tidak dapat dipungkiri antara manusia satu ke yang lainnya, dan kelancaran serta pemahaman dalam suatu interaksi di pengaruhi oleh beberapa hal, Interaksi dalam suatu percakapan antara adik dan kakak menciptakan suatu tindak tutur antara adik dengan kakak atau sebaliknya. Dan terbentuknya tindak tutur tersebut harus di kaji agar dapat memastikan jika tindak tutur tersebut sudah berjalan dengan baik atau tidak, interaksi akan berjalan dengan baik jika dalam interaksi tersebut ke duanya dapat saling memahami tujuan dan maksud terhadap topik yang di bicarakan, namun pada kenyataannya banyak sekali interaksi yang tidak sesuai dengan maksud yang ditujukan.
Pada kenyataannya peran seorang kakak lebih tinggi kedudukannya ketimbang adik, kakak harus menjadi contoh bagi adiknya, memotivasi serta mengayomi adiknya, sebab segala tingkah laku kakak yang terlihat oleh adiknya secara tidak langsung akan membentuk adiknya untuk berlaku seperti yang telah kakaknya lakukan, begitupun dalam hal ucapan, bahasa yang halus atau lemah lembut, kasar atau bahkan standart juga akan ditiru oleh adik jika sebelumnya seorang kakak berinteraksi dengan adiknya dengan yang sedemikian rupa, hal-hal semacam itu akan menimbulkan reaksi beragam pada seorang adik, misalkan malas menjawab saat kakaknya bertanya atau jawabannya tidak seseuai dengan yang di inginkan. Namun yang sering kali ditemui adalah ketidakmampuan seorang kakak untuk berinterksi dengan baik, baik itu dalam hal memotivasi, bertanya ataupun yang lainnya, sehingga semua itu menjadikan penutur dan petutur tidak dapat fokus terhadap apa yang ingin dibicarakan sebelumnya, selain itu situasi juga sangat berpengaruh terhadap suatu interaksi dalam percakapan, karena dalam kondisi tertentu seseorang akan mudah marah atau tersinggung sehingga interaksi antara penutur dan petutur tidak dapat berjalan dengan baik atau sesuai yang diharapakan. Oleh karena itu seorang kakak dalam menggali suatu informasi yang diinginkan dan untuk memotivasi adik haruslah memakai bahasa yang baik dan dapat diterima oleh adik, sebab dalam kenyataannya bahasa jawa memiliki tingkatan-tingkatan dalam bahasanya, dan dapat terlihat juga jika bahasa jawa dari kawasan jawa tengah dan jawa timur sangatlah berbeda, dari jawa tengah bahasa jawa yang digunakan lebih dominan halus, sedangkan bahasa jawa dari jawa timur lebih kasar dari pada bahasa jawa yang digunakan di jawa tengah.Dalam suatu interaksi antara manusia satu dengan yang lainnya seringkali melahirkan tindaktutur, tindak tutur sangat penting dalan suatu komunikasi sebab kelancaran suatu komunikasi juga tergantung olehnya, menurut kridalaksana tindak tutur diambil dari kata speech act,speech event atau pertuturan yaitu pengujaran kalimat yang menyatakan suatu hal agar suatu maksud dari pembicaraan diketahui oleh pendengar (Kridalaksana, 1984:154), menurut Suwito Tindak tutur lebih  di titikberatkan kepada makna atau arti tindak, sedangkan peristiwa tutur lebih dititikberatkan pada tujuan peristiwanya (Suwito, 1983:33),dan Louise (2007:94) menyatakan bahwa percakapan memberikan kontribusi sangat penting bagi pemahaman terhadap fenomena-fenomena pragmatik yang utama,dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui jika tindak tutur memang berpengaruh besar dalam suatu komunikasi antara penutur dan petutur, dalam hal ini maksud pembicaraan atau tujuan serta peristiwa yang terjadi antara penutur dan petutur juga sangat mempengaruhi tindak tutur, Oleh karena itu, untuk melihat keterkaitan tindak tutur antara kakak dengan adik atau sebaliknya maka dalam kesempatan ini penulis hanya memfokuskan pada kajian praanggapan dalam suatu percakapan yang dilakukan oleh adik dan kakak dalam bahasa jawa yang dipengaruhi dengan logat daerah Lamongan.
Praanggapan (presuposisi) berasal dari kata to pre-suppose, yang dalam bahasa Inggris berarti to suppose beforehand (menduga sebelumnya), dalam arti sebelum pembicara atau penulis mengujarkan sesuatu ia sudah memiliki dugaan sebelumnya tentang kawan bicara atau hal yang dibicarakan .
Selain definisi tersebut, beberapa definisi lain tentang praanggapan diantaranya adalah: Levinson (dalam Nababan, 1987: 48) memberikan konsep praanggapan yang disejajarkan maknanya dengan presupposition sebagai suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan mempunyai makna.
George Yule (2006 : 43) menyatakan bahwa praanggapan atau presupposisi adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur bukan kalimat. Louise Cummings (1999: 42) menyatakan bahwa praanggapan adalah asumsi-asumsi atau inferensi-inferensi yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan linguistik tertentu. Nababan (1987: 46), memberikan pengertian praanggapan sebagai dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa (menggunakan bahasa) yang membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan) mempunyai makna bagi pendengar atau penerima bahasa itu dan sebaliknya, membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa yang dapat dipakainya untuk mengungkapkan makna atau pesan yang dimaksud. Dari beberapa definisi praanggapan di atas dapat disimpulkan bahwa praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh sedangkan jenis-jenis Praanggapan (presuposisi) sudah diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur (Yule; 2006:46). Selanjutnya Gorge Yule mengklasifikasikan praanggapan kedalam 6 jenis praanggapan, yaitu presuposisi eksistensial, presuposisi faktif, presuposisi non-faktif, presuposisi leksikal, presuposisi struktural,dan presuposisi konterfaktual.
1.Presuposisi Esistensial Presuposisi (praanggapan) eksistensial adalah preaanggapan yang menunjukkan eksistensi/ keberadaan/ jati diri referen yang diungkapkan dengan kata yang definit.
2. Presuposisi Faktif Presuposisi (praanggapan) faktif adalah praanggapan di mana informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan.
3. Presuposisi Leksikal Presuposisi (praanggapan) leksikal dipahami sebagai bentuk praanggapan di mana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami.
4. Presuposisi Non-faktif Presuposisi (praanggapan) non-faktif adalah suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar.
5. Presuposisi Struktural Presuposisi (praanggapan) struktural mengacu pada sturktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Hal ini tampak dalam kalimat tanya, secara konvensional diinterpretasikan dengan kata tanya (kapan dan di mana) seudah diketahui sebagai masalah.
6.presuposisi konterfaktual  Presuposisi (praanggapan) konterfaktual berarti bahwa yang di praanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan (lawan) dari benar atau bertolak belakang.

Dari beberapa definisi tentang praanggapan serta jenis-jenis praanggapan, kini dapat diketahui jika peran praanggapan dalam suatu komunikasi sangat penting, sebab praanggapan dapat menentukan suatu komunikasi tersebut berjalan dengan baik atau tidak, dikarenakan praanggapan akan mendorong penutur dan petutur dalam mengucapkan sesuatu yang dapat menjadikan suatu komunikasi sesuai dengan tujuan atau maksud yang diinginkan atau justru membuat komunikasi tersebut tidak nyambung karena praanggapan yang tidak seseuai dengan maksud penutur, Dan dalam hal ini penggunaan bahasa yang di pakai oleh kakak kurang dapat diterima oleh adik, sehingga dalam suatu percakapan yang didalamnya terdapat masalah, seorang kakak tidak dapat memotivasi adiknya karena bahasa yang digunakan tidak dapat diterima oleh adik dan menimbulkan praanggapan bagi adik yang tidak sesuai dengan maksud yang ditujukan oleh kakak, oleh sebab itu perlu adanya antisipasi atau pemilihan kata ketika berkomunikasi agar tidak terjadinya praanggapan yang dapat menjadikan pembicaraan tidak terfokuskan.Masalah dalam hal ini adalah bagaimana bentuk dari praanggapan yang menimbulkan percakapan antara adik dan kakak tidak berjalan dengan baik? Dan bagaimana cara mengatasi atau mengantisipasi agar dalam suatu komunikasi tidak menimbulkan praanggapan yang menjadikan tidak terfokusnya topik dalam suatu percakapan antara adik dan kakak dalam bahasa jawa yang dipengaruhi logat daerah Lamongan?. Adapun makalah ini bertujuan agar dapat mengetahui cara berkomunikasi yang baik sehingga tidak menimbulkan praanggapan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan yang diinginkan.

METODOLOGI
Penelitian ini merupakan Penelitian deskriptif kualitatif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Sedangkanpenelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data semata-mata berdasarkan fakta dengan merekam percakapan antara adik dan kakak yang terjadi pada tanggal 24 desember 2012 di daerah Lamongan yang selanjutnya dari rekaman tersebut ucapan yang didapatkan akan dianalisis berdasarkan topik yakni Praanggapan dan akan dijabarkan termasuk dalam jenis-jenisnya, hal tersebut dilakukan agar dapat mengetahui makna dan praanggapan yang terjadi diantara penutur dan petutur.
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini akan dibahas sebuah percakapan antara adik dan kakak yang menimbulkan suatu praanggapan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dalam topik pembicaraan sehingga percakapan yang dilakukan menjadi tidak terfokuskan, yang selanjutnya akan dikupas mengenai bagaimana cara mengatasinya.
Adapun percakapan antara adik dan kakak yang menimbulkan suatu praanggapan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan seperti dalam percakapan bahasa jawa berlogat daerah Lamongan berikut:
A: da, kon wingi oleh ringking piro?
B: wingi? Kandani oleh papat kok.
A: seneng ta gak oleh rangking papat?
B: yo ngunuku
A: yowes saktepakmu, nang dolanan HP wae kono
B: saiki liburan yo gak po-po
A: yo gak ngunu kebiasaan hp an terus maleh gak tau sinau
B: jare sopo? Aku wingi pas ujian sinau terus jare, sampek jam 9 bengi
A: e.. ngunua?

Dari percakapan diatas dapat diartikan sebagai berikut:

A: da, kamu kemarin dapat peringkat berapa?
B: kemarin? sudah dibilang, dapat empat kok
A:senang apa tidak dapat peringkat empat?
B: ya begitulah
A:ya sudah terserah kamu, main HP saja sana
B: sekarang liburan kok, ya tidak apa-apa
A: ya tidak begitu, kebiasaan main HP terus, jadi gak pernah belajar
B:kata siapa, kemarin ketika ujian aku belajar terus hingga jam 9 malam
A:e, gitu ya?


Dari percakaan diatas mulai nampak jika dalam percakapan tersebut memanas atau dapat dikatakan tidak dapat berjalan dengan baik, sebab bahasa yang digunakan kurang dapat diterima oleh penutur dan petutur oleh karena itu dalam pembahasan ini akan di jelaskan bagaimana cara bertutur yang baik agar komunikasi dapat berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan praanggapan yang tidak diinginkan sebab tindak tutur dalam suatu komunikasi juga sangat berpengaruh pada praanggapan antara penutur dan petutur.
Misalkan dalam percakapan tersebut beberapa ucapan yang seharusnya tidak sesuai sebab akan melahirkan efek yang kurang baik dalam interaksi, apalagi bahasa yang di pengaruhi oleh logat daerah maka akan menimbulkan beberapa kesan yang tidak sama seperti makna umumnya,
Seperti pada kalimat berikut:

A: da, kon wingi oleh ringking piro?
Artinya: da, kamu kemarin dapat peringkat berapa?
B: wingi?.
Artinya: kemarin? Sudah dibilang dapat empat kok.

Dalam kata “kon” artinya kamu, yang biasanya digunakan dalam bahasa jawa, penggunaan kata “kon” tersebut terlalu kasar jika digunakan oleh seorang kakak pada adiknya, sebab kata “kon” biasanya digunakan pada seseorang yang tingkatannya jauh lebih rendah dari penutur. Maka lebih baiknya kata “kon” sebaiknya diganti dengan kata yang lebih dapat menyesuaikan yakni dengan kata “sampeyan” yang juga berarti kamu, kata tersebut akan lebih mudah diterima oleh berbagai kalangan, seperti seseorang yang dekat dengan kita, misalkan adik, sepupu juga kepada teman yang umurnya sama dengan penutur. Pada jawaban B terlihat jelas pada kata “wingi?” B telah beranggapan jika peringkat yang ditanyakan adalah kemarin ketika UAS, sehingga ia meneruskan dengan jawaban “kandani oleh papat kok” dari kata “kandani” dapat diartikan jika kakak sebelumnya telah bertanya sebelumnya sehingga adik merasa kesal karena ditanya dengan pertanyaan yang telah ditanyakan atau dapat juga dikatakan jika kata “kandani” hanya logat bahasa lamongan yang seharusnya tidak dipakai oleh seorang adik kepada kakaknya, sebab kata tersebut terkesan jawaban malas atau tidak ingin menanggapi terhadap pertanyaan yang diajukan seorang kakak, hal ini dapat dirujukkan kepada kata “kon” yang diucapkan oleh kakak kepada adiknya sehingga adik merasa tidak dihargai selayaknya seorang adik karena kakaknya bertanya dengan memakai sebutan yang kasar, oleh karena itu adik pun membalas dengan jawaban yang terkesan malas atau kesal.Pada kalimat “kandani oleh papat kok” (termasuk presuposisi faktif) sebab Presuposisi (praanggapan) faktif adalah praanggapan di mana informasi yang dipraanggapkan mengikuti kata kerja dapat dianggap sebagai suatu kenyataan, dan dari kalimat tersebut Adik secara nyata mendapatkan peringkat empat. Dari percakapan tersebut juga jika diamati juga kurang adanya toleransi terhadap keadaan, dalam percakapan tersebut kakak tidak mengawali percakapan dengan bahasa yang baik, misalkan menanyakan kabar atau mengawali pembicaraan yang menarik sehingga adik dapat merasakan kenyamanan dalam komunikasi hingga akhirnya ketika kakak mengajukan pertanyaan adik akan beranggapan jika pertanyaan tersebut seperti sesi curhat, bukan seperti tindakan mengintrogasi karena seorang adik telah melakukan hal yang salah.

A: seneng ta gak oleh rangking papat?
Artinya:senang apa tdak dapat peringkat empat?
B: yo ngunuku
Artinya:ya begitulah

Dari pertanyaan yang diajukan oleh kakak dapat diperoleh beberapa praanggapan, yang pertama, seorang adik akan merasa jika kakaknya sedang mengejek adiknya sebab peringkat yang adik peroleh, atau pertanyaan itu benar-benar pertanyaan untuk menanyakan perasaan adik, dan jawaban dari adik “yo ngunuku” yang berarti ya begitulah, dapat di katakana jika adik senang mendapatkan peringkat empat sebab peringkatnya naik dapat juga dikatakan jika adik sedih mendapatkan peringkat empat sebab peringkatnya turun, atau juga adik merasakan biasa saja mendapatkan peringkat empat sebab sudah biasa, namun juga dapat melambangkan jika adik tersebut beranggapan jika kakaknya sedang mengejeknya sehingga adiknya mencoba untuk membela diri dengan menjawab dengan jawaban yang tidak jelas, hal tersebut menimbulkan efek tidak nyaman pada kakak sebab adik tidak menjawab pertanyaan kakak dengan jelas tetapi malah membuat jawaban yang tidak dapat dimengerti oleh kakak, kalimat diatas dapat dilihat jika jawaban adik memang tidak relevan, hal tersebut sebenarnya dapat merujuk pada percakapan sebelumnya, sebab adik merasa di introgasi maka ia mencoba untuk berjaga-jaga agar tidak disalakan atau dipermalukan sebab peringkat yang didapatnya, meskipun kakaknya mencoba untuk menanyakan hal yang sebenarnya namun adik akan beranggapan jika pertanyaan itu hanyalah sekedar pancingan untuk mempermalukannya atau membuatnya sebagai terdakwah sebab mendapatkan peringkat empat.

A: yowes saktepakmu, nang dolanan HP wae kono
Artinya:ya sudah terserah kamu, main HP saja sana
B: saiki liburan yo gak po-po
Artinya: sekarang liburan ya tidak apa-apa
A: yo gak ngunu kebiasaan hp an terus maleh gak tau sinau
Artinya: ya tidak begitu, kebiasaan selalu main HP jadi tidak pernah belajar
B: jare sopo? Aku wingi pas ujian sinau terus jare, sampek jam 9 bengi
Artinya: kata siapa? Saya kemarin ketika ujian belajar terus hingga jam 9 malam
A: e.. ngunua?
Artinya: e, gitu ya?

Dari percakapan tersebut dapat dilihat jika keadaan berubah panas, pada kalimat “yowes saktepakmu” kata tersebut jelas diungkapkan karena kakak merasa kesal dengan adiknya sebab pertanyaan yang baik pada percakapan sebelumya yang bermaksud menanyakan perasaan adiknya sebab mendapatkan peringkat empat dijawab dengan jawaban yang tidak jelas, hal tersebut disebabkan adik mempunyai praanggapan yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari pertanyaan kakaknya, namun kalimat tersebut tidak seharusnya dikatakan, sebab kalimat tersebut pasti akan menjadikan tindak tutur tidak terarah sebab kalimat tersebut membebaskan lawan bicara dalam tindak tutur,  padakalimat “nang dolanan HP wae kono” kakak menyuruh adiknya untuk mengakhiri pembicaraan sebab percakapanya dengan adiknya membuatnya kesal, namun pada kalimat tersebut adik malah menaggapinya dengan jawaban “saiki liburan yo gak po-po” sebab adik merasa jika kakaknya menyindirnya karena ia merasa selalu bermain HP, kalimat “saiki liburan, yo gak po-po” juga termasuk presuposisi leksikal sebab Presuposisi (praanggapan) leksikal adalah praanggapan yang dipahami sebagai bentuk praanggapan di mana makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan bahwa suatu makna lain (yang tidak dinyatakan) dipahami, ketika adik berucap demikian maka kakaknya beranggapan jika ketika tidak ujian adiknya selalu bermain HP, maka kakak meneruskan dengan kalimat berikutnya “yo gak ngunu kebiasaan hp an terus maleh gak tau sinau”kalimat tersebut juga termasuk presuposisi leksikal sebab ketika adiknya bermain HP maka adiknya tidak pernah belajar, berarti makna lainnya adalah dulu adiknya selalu belajar ketika adiknya tidak bermain HP. lalu adik menjawab “jare sopo? Aku wingi pas ujian sinau terus jare, sampek jam 9 bengi” pada kata “jare sopo” terdapat praanggapan jika ada seseorang yang memberitahu kepada A jika B tidak pernah belajar sebab bermain HP, bisa juga dikatakan jika kata “jare sopo?” adalah logat daerah Lamongan sebagai bentuk penyangkalan atau pembelaan jika adik tidak melakukan hal yang telah dituduhkan oleh kakak, pada kata “aku sinau terus jare, sampek jam 9 bengi” termasuk presuposisi struktural sebab Presuposisi (praanggapan) struktural mengacu pada sturktur kalimat-kalimat tertentu telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Dalam hal ini adik memang benar-benar belajar hingga jam 9 malam, lalu kakak menjawabnya dengan “e, ngunua?” dari pembelaan serta pengakuan jika adik belajar hingga jam 9 malam menjadikan kakak sedikit percaya dengan jawaban adik, yang berarti kakak menerima jawab adik tanpa ada masalah. Sebab kakak berasumsi jika adiknya telah belajar lama sampai jam 9 malam, atau kakak beranggapan jika adiknya mulai belajar sejak jam 6 atau beberapa jam sampai jam 9, sehingga ia beranggapan jika adiknya telah belajar lama

Dari semua percakapan tersebut dapat dilihat jika praanggapan pertama yang menjadikan percakapan selanjutnya menjadi kisru adalah praanggapan adik yang kurang dapat memahami maksud dan tujuan kakak, sebab ia merasa tidak diperlakukan dengan baik, sebab kakaknya menyebutnya dengan sebutan “kon”, praanggapan berikutnya melenceng dari maksud dan tujuan dari topik yang dituju sebab dipengaruhi oleh praanggapan dari kalimat yang awal. Serta pada kalimat “yowes saktepakmu” yang menjadikan percakapan tersebut semakin tidak terarah, Hal seperti ini sebenarnya tidak akan terjadi jika ketika pada sesi awal percakapan dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta menciptakan situasi yang menarik, sehingga ketika kakak bertanya pada adik, adik akan menjawabnya dengan senang hati. Jika dilihat dari sudut pandang psikolinguistik dalam Pandangan Kognitivisme
Jean Piaget (1954) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkah salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urut-urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa.Piaget menegaskan bahwa stuktur yang kompleks dari bahasa bukanlah sesuatu yang diberikan oleh alam, dan bukan pula sesuatu yang dipelajari dari lingkungan. Struktur bahasa itu timbul sebagai akibat dari interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif anak dengan lingkungan kenahsaannya (juga lingkungan yang lain).Jika Chomsky berpendapat bahwa lingkungan tidak besar pengaruhnya pada proses pematangan bahasa, maka Piaget berpendapat bahwa lingkungan juga tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelaktual anak. Perubahan atau perkembangan intelaktual anak sangat tergantung pada keterlibatan anak secara aktif dengan lingkungannya
Dari pengertian diatas dapat dikatakan jika pemilihan kata dalam berucap atau berinteraksi dengan orang lain sangat berpengaruh besar terhadap kelancaran komunikasi serta berhasilanya suatu maksud yang dituju dalam suatu tindak tutur. Sebab keterlibatan penutur dan petutur dalam suatu komunikasi akan membentuk pematangan dalam berbahasa, dan tentunya juga akan berpengaruh besar pada praanggapan antara penutur dan petutur ketika melakukan suatu percakapan. Pada kasus percakapan antara adik dan kakak, peran kakak memang sangatlah penting, sebab sekali kakak melakukan kesalahan maka adik akan menjadikan itu sebagai patokan, oleh karena itu seorang kakak haruslah lebih berhati-hati dalam bertutur kepada adiknya, sebab segala ucapan atau segala macam bentuk komunikasi yang diberikan kakak kepada adiknya akan merangsang karakter berbahasa seorang adik ketika adik terlibat langsung dalam komunikasi tersebut.

PENUTUP

Dari data percakapan di atas, analis serta penjabaranya dapat ditarik kesimpulan jika praanggapan dalam tuturan dapat menyebabkan komunikasi tersebut tidak berjalan sesuai alur atau tujuan yang dimaksudkan, praanggapan dalam suatu interaksi antara satu dan yang lain terkadang dapat sesuai dengan tujuan atau maksud dari penutur namun tak jarang praanggapan tersebut juga melenceng atau tidak searah dengan maksud atau tujuan penutur, praanggapan dalam percakapan diatas lebih didominasi dari pengaruh gaya bahasa atau kelembutan serta pemilihan kata dalam penuturan. Adapun jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan, penulis memohon maaf serta memohon kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Arono.2011. makalah penelitianpraanggapan dan implikatur wacana dialog dalam pembelajaran bahasa indonesia, unib.ac.id/.../praanggapan-dan-implikatur-wacana- diakses 24 des 2012.
Edi surya dimaranaicindo. 2012. aspek-aspek pragmatic. tindak tutur praanggapan,implikatur.http://edisuryadimaranaicindo.wordpress.com/ diakses tgl 24 des 2012.
Haryanto. metode penelitian kualitatif. belajarpsikologi.com/ diakses pada tanggal 25 desember 2012.
http://id.shvoong.com diakses tanggal 24 desember 2012.
Kridalaksana. hari muriti. 1982. kamus linguistik. jakarta: pt gramedia.
Laba. Makalah psikolinguistik. http://labanursongo.blogspot.com diakses pada tanggal 25 desember 2012
suwito. 1993. sosiolinguistik: pengantar awal. bandung: angkasa.
 Surya dharma, mpa., ph.d, (2008) pendekatan, jenis, dan metode penelitian  pendidikan : jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar