Nila di telungkup rona matamu tak dapat ku selami
Meski berhari ku berlari menuju hulu
Sementara air yang menampar batu-batu pinggiran telah kau landaikan
Dalam sunyian mata berkerukup cinta
Begitu lembut pasir yang ku genggam dari jemarimu
Rupanya aku telah ada dalam kepikunan
Di tengah dilema kau menebas hingga memudar
Dan tak mampu lagi berucap
Sungguh..
Aku merasa amat kecewa pada kesunyian
Aku berpikir ia temaniku kala jiwa terhimpit sepi
Namun kau pun telah menjamah sunyi sebagai mata-mata dalam perisai waktu
Kau tenggelamkan mentari dalam wadah yang tak dapat ku terjemahkan
Dan dalam duniamu yang remang
Kau memanglah cerdas memainkan hempasan angin
Menenggelamkan duri-duri dalam lumpur yang melumut
Menunjuk,melambaikan jemari surya atau bahkan menjulang ke alam semesta
Bodohnya aku yang menimbun hati dalam gulita rembulan
....!aku merasa hari telah ku lewati untuk mengenalmu, pahit dan getir hati dari sayatan parang meringispun tak terasa lagi
Berbunga melati yang hanyut dalam aroma di ubun-ubun pelangi
Namun tetap saja aku tak sadar
Aku telah menyiapkan taman paling sempurna untuk kau jadikan parade hikmad dalam tiap ilusi yang menggunung di ujung-ujung kepalamu
Baru sewaktu kau memilih tuk beriringan dan hanya menjabat sebelah jemari tanganku
Memberi senyum dan memberikan nyawa pada nadi yang tercekik dan terluka
Begitukah?
Hingga garis-garis sepi melilitku dengan semua pemburunya
Keterasingan duniamu, membuatmu semakin teragungkan
Dan kau tega membiarkan aku terpojok dalam tepi-tepi irama yang telah rata
Inikah yang kau maksud perjalanan kita?
Bahkan aku sendiri tak memahami bagimana semua ini berjalan
Percuma
Karena kini aku tahu,
kau akan terus membiarkan aku berlutut dengan jutaan tanya yang malang!
Lamongan,2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar